Angkutan Kota mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Karawang - Direktur Marketing PT Astra Daihatsu Motor, Amelia Tjandra, mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi hanya memberi dampak jangka pendek bagi industri otomotif. "Kenaikan BBM kan sudah beberapa kali terjadi di Indonesia. Dampaknya terhadap cost tidak terlalu besar," katanya, dalam peresmian pabrik baru Daihatsu di Karawang, Senin, 22 April 2013. Menurut dia, yang berpengaruh terhadap kenaikan biaya produksi perusahaan adalah nilai tukar mata uang atau kurs.
Namun, Amelia mengakui bahwa kenaikan BBM akan berdampak pada permintaan mobil. "Pelanggan cenderung pilih-pilih dalam membeli mobil," katanya. Berkaca pada kenaikan BBM di tahun 2004, Amelia mengatakan penurunan permintaan hanya terjadi selama 3 bulan. "Dampaknya hanya sekitar 3 bulan, ada penurunan," katanya. Setelah itu, Amelia mengaku penjualan kembali normal.
Amelia mengatakan konsumen pun pada akhirnya akan beradaptasi dengan kenaikan BBM. Mereka akan mengubah gaya hidup mereka. "Mereka akan mengubah lifedata-style yang tadinya pengeluaran untuk bersenang-senang lalu dialihkan untuk menutup kenaikan biaya karena kenaikan BBM," katanya.
Kenaikan BBM pun tidak mengubah target penjualan Daihatsu. Daihatsu tetap menargetkan penjualan sebesar 165 ribu unit pada tahun ini. Daihatsu Xenia masih diharapkan menjadi kontributor terbesar terhadap penjualan.
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013, pemerintah menganggarkan subsidi energi sebesar Rp 274,7 triliun. Perinciannya, subsidi listrik Rp 80,9 triliun dan subsidi BBM Rp 193,8 triliun dengan volume sebesar 46 juta kiloliter.