TEMPO Interaktif, Jakarta: Bank BNI melalui jaminan dari Jasindo (Jasa Asuransi Indonesia) memberikan pinjaman sebagai modal kerja kepada PT. Dirgantara Indonesia sebesar USD 7,3 juta. Menurut Direktur Utama PT. DI Edwin Soedarmo sudah cair secara keseluruhan pada akhir Agustus 2004 lalu. Dana tersebut rencanannya akan digunakan untuk menyelesaikan pembuatan pesawat pesanan dari berbagai negara.Dengan adanya aliran dana segar, PT. DI berhasil menyelesaikan satu lagi pesawat CN-234 versi militer pesanan Pakistan Air Force walaupun sudahmengalami keterlambatan selama 1 bulan dari yang dijadwalkan. Pesawat yang dirancang dengan spesifikasi STOL (Short Take Off Landing)seharusnya diserahkan pada awal Agustus 2004 kemarin. Namun, baru Jum'at pagi kemarin(3/9) diserahkan Edwin Soedarmo kepada Pakistan Air Force yang diterima oleh perwakilan dari Pakistan Air Force, Sayid Mehmood Awan dan disaksikan oleh Duta Besar Pakistan di Indonesia dan Menteri BUMN Laksamana Sukardi.Akibat keterlambatan tersebut PT. DI harus kehilangan sebagian kecil keuntungannya yakni sebesar USD 100 ribu untuk membayar penalty akibat keterlambatan itu. Padahal dari pembuatan satu buah pesawat, menurut Edwin, PT Di hanya mendapatkan margin sebesar 10 persen dari harga 1 buah pesawat yang USD 12,5 juta itu.Menteri BUMN Laksama Sukardi dalam pidato sembutannya mengatakan penyerahan pesawat terhadap Pakistan ini bisa membantu menumbuhkan kepercayaan masyarakat Indonesia maupun internasional terhadap PT DI."Kita tidak ingin PT DI jadi beban negara. Dalam waktu dekat kita bisa membuktikan PT. DI merupakan aset bangsa bukan liability negara" kata Laksamana. Rinny Srihartini - Tempo