TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia menyatakan sebagian besar usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih menggunakan bahan pengawet yang tidak aman atau seusai food grade. "Pertama, itu karena ketidakpahaman mereka," kata Wakil Sekretaris Jenderal Apindo, Franky Sibarani, ketika dihubungi Tempo, Rabu, 10 April 2013.
Selain itu, kata dia, pelaku UMKM susah mendapat akses bahan pengawet yang aman. Franky menyebut hal itu sebagai kelemahan di industri pangan. Pengawet yang memenuhi standar food grade selama ini masih dijual dalam partai besar.
Oleh karena itu, kata dia, para pelaku UMKM di industri pangan kemudian memilih bahan pengawet yang dijual dalam kemasan kecil dan mudah didapat. Ia menyebut pewarna Tjap Koepoe-Koepoe sebagai contoh. "Itu kan harganya cuma Rp 1.000 - 5.000," kata Franky.
Dia berharap Dinas Kesehatan mengawasi peredaran produk industri rumah tangga yang menggunakan bahan pengawet berbahaya. Ia juga menyarankan Kementerian Perindustrian untuk mendorong industri memproduksi dan memperdagangkan bahan pengawet aman dalam kemasan kecil.
Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan
27 Februari 2024
Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan
Amartha dan Unilever Indonesia kolaborasikan jejaring usaha mikro Perempuan dengan jejaring bank sampah berbasis komunitas untuk kelola sampah plastik secara produktif dan ekonomis.
Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026
14 Juli 2023
Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026
Riset yang dilakukan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bersama Ernst & Young Indonesia menemukan kebutuhan pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah alias UMKM yang mencapai ribuan triliun pada 2026.