TEMPO.CO, Jakarta--Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero) Hanung Budya mengatakan stok bahan bakar minyak bersubsidi jenis minyak solar saat ini lebih dari cukup. Antrian pembeli solar bersubsidi di SPBU bukan disebabkan kekurangan pasokan.
"Stok solar nasional cukup untuk 26 hari lebih, ini di luar kebiasaan. Biasanya kami jaga di 21 hari sampai 22 hari. Jadi stok cukup, hanya saja kuota kami kendalikan sesuai dengan yang disepakati DPR dengan Pemerintah," kata Hanung ketika ditemui di Kantor Pusat Pertamina, Senin, 8 April 2013.
Hanung menambahkan dari kuota minyak solar bersubsidi tahun ini 15,11 juta kiloliter, Pertamina mendapat jatah menyalurkan 14,28 juta kiloliter. Jumlah ini 8,22 persen di bawah realisasi penyaluran solar bersubsidi Pertamina pada 2012 yang mencapai 15,56 juta kiloliter.
"Di beberapa daerah kuota lebih rendah daripada realisasi tahun lalu. Ada yang 15 persen di bawah kuota, ada yang 3 persen di bawah tahun lalu. Artinya kami harus melakukan penjatahan di semua SPBU. Kalau tidak dijatah, dijual bebas maka akan overkuota berlebihan," kata Hanung.
Hanung mengatakan meskipun membatasi kuota harian per SPBU, Pertamina juga menyediakan solar non subsidi. Hanung mengakui harga solar bersubsidi memang lebih mahal, sekitar Rp 10.000 per liter. "Kami sudah sediakan solar non subsidi supaya masyarakat menggunakan ini, tetapi ternyata masyarakat masih banyak yang bersedia mengantri sampai 2 hari ketimbang membeli BBM non subsidi," kata Hanung.
VP Fuel Retail Marketing Pertamina Muchamad Iskandar mengatakan rata-rata konsumsi solar naik sekitar 7,2 persen per tahun. Iskandar mengatakan pertumbuhan konsumsi ini terutama dipicu konsumsi untuk angkutan komersial.
"Pertumbuhan konsumsi untuk angkutan komersial memang tumbuh 6 persen, tapi dari segi volume konsumsinya tinggi. Sementara kendaraan pribadi kenaikan kebutuhannya 9 persen sampai 11 persen tetapi volume konsumsinya kecil," kata Iskandar ketika ditemui di tempat yang sama.
Pada Januari hingga Maret 2013, realisasi penyaluran solar bersubsidi melalui Pertamina telah mencapai 3,7 juta kiloliter. Padahal kuota penyaluran pada triwulan pertama ini melalui Pertamina 3,52 juta kiloliter.
BERNADETTE CHRISTINA
Berita terkait
Pertamina: Kenaikan Harga BBM Jangan Dikaitkan dengan Aplikasi MyPertamina
4 September 2022
Kenaikan harga BBM tak menyurutkan rencana perseroan membatasi penyaluran Pertalite dan Solar agar tepat sasaran.
Baca SelengkapnyaPuasa, Pertamina Tambah Stok BBM di Kalimantan
11 Mei 2017
Pertamina Balikpapan akan menambah kuota BBM selama puasa sebesar 7 persen.
Baca SelengkapnyaJokowi Minta Impor BBM Ditekan
5 Januari 2017
Presiden Joko Widodo mengingatkan separuh dari kebutuhan BBM dalam negeri dipenuhi dari impor.
Baca SelengkapnyaPertamina dan AKR Jadi Penyalur BBM Tertentu 2017
25 November 2016
Pemerintah menunjuk badan usaha penyalur bahan bakar minyak (BBM) tertentu dan penugasan 2017.
Baca SelengkapnyaPremium Belum Jadi Dihapus, Ini Sebabnya
30 September 2016
Pemerintah belum bisa mewujudkan rencana penghapusan bahan bakar minyak jenis Premium kendati masyarakat mulai beralih dari Premium.
Baca SelengkapnyaLibur Panjang, Konsumsi BBM Pertamina Naik 10 Persen
6 Mei 2016
Pertamina memproyeksikan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) untuk transportasi mengalami kenaikan sekitar 10 persen saat libur panjang.
Baca SelengkapnyaKementerian ESDM: Premium di Jakarta Bisa Dihapus
3 Februari 2016
Pemerintah akan melihat aspek untung-rugi menghapus Premium.
Baca SelengkapnyaIni Beda Premium, Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Plus
25 Juni 2015
Pertalite sudah disetujui DPR untuk dipasarkan.
Baca SelengkapnyaAntisipasi Lebaran, Pertamina Tambah Impor Premium
16 Juni 2015
Dalam kondisi normal, konsumsi Premium rata-rata 76.258 kiloliter per hari.
Baca SelengkapnyaPertamina Klaim Pertalite Lebih Ramah Lingkungan
22 April 2015
Emisi karbon Pertalite di bawah Premium.
Baca Selengkapnya