Impor BBM Hambat Apresiasi Rupiah  

Rabu, 23 Januari 2013 17:00 WIB

Kapal tangker baru buatan PT Daya Radar Utama Shpyard yang akan di serahkan kepada PT Pertamina (Persero) di Tanjung Priok, Jumat (11/05). Kapal dengan kapasitas cargo 4851.52 M3 akan memperkuat armada transportasi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk meningkatkan ketahanan pasokan energi nasional . TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Tingginya impor dari luar negeri, khususnya bahan bakar minyak, memicu lonjakan permintaan dolar di pasar domestik sehingga membebani rupiah.

Di transaksi pasar uang kemarin, rupiah melemah 7 poin (0,07 persen) ke level 9.625 per dolar Amerika Serikat (AS).

Analis dari PT Monex Investindo Futures, Yohanes Ginting, mengatakan nilai impor yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor masih membebani pergerakan rupiah.

Meski sentimen global dan domestik membaik, masalah defisit masih akan terus menekan rupiah. “Potensi penguatan rupiah baru akan terbuka apabila ada perbaikan signifikan dari sisi ekspor.”

Tingginya kebutuhan impor sebagai konsekuensi pertumbuhan ekonomi dalam negeri membuat permintaan dolar meningkat. Di sisi lain, likuiditas dolar di dalam negeri minim lantaran investor enggan menjual dolarnya. Kondisi ini membuat Bank Indonesia mau tak mau harus melakukan intervensi untuk menjaga keseimbangan mata uang.

Menurut Yohanes, posisi rupiah saat ini tidak merepresentasikan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang terus membaik. Di pasar modal, indeks saham masih cenderung positif. Pertumbuhan ekonomi dan inflasi masih terjaga.

“Iklim investasi yang baik seharusnya mendorong investor asing masuk ke dalam negeri dan mengkonversikan dolarnya, tapi ini tidak.”

Artinya, ada yang salah dengan kebijakan pemerintah sehingga investor asing belum menambah porsi investasinya di dalam negeri. Ia menunjuk impor BBM sebagai salah satu yang paling banyak menyedot dolar di pasar domestik.

Meski Bank Indonesia telah meminta Pertamina untuk membeli dolar hanya dari bank lokal yang ditentukan, kebijakan itu tidak efektif.

Dari regional, hingga 16.45 WIB dolar Singapura ditransaksikan di 1,2263 per dolar AS, dolar Hong Kong 7,7534 per dolar AS, won 1.066,18 per dolar AS. Kemudian yuan 6,2185 per dolar AS, dan ringgit 3,043 per dolar AS.

M. AZHAR | PDAT

Berita terkait

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

2 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

2 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

3 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

3 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

3 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

8 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

8 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

8 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

10 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

11 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya