Surat tersebut dikirimkan oleh Nat melalui perusahaan investasinya, NR Investments Limited (NRI). Tujuan Nat mengirimkan surat permintaan tersebut adalah untuk membangun kembali dan memulihkan citra Bumi Plc di mata investor dan masyarakat umum.
Dalam keterangan tertulis yang dikirimkan kepada Tempo, 10 Januari 2012, NRI menilai direksi Bumi gagal menjalankan tugasnya dan tidak becus mengurus perusahaan, yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Setidaknya, terdapat lima alasan mendasar yang diyakini oleh NRI menjadi sebab hancurnya Bumi Plc dan harus dievaluasi saat ini. Yakni, independensi pemegang saham mayoritas di jajaran direksi saat ini harus dieksaminasi kembali secara terbuka. Ini terutama soal hubungan dan kepentingan yang saling berkaitan.
Kedua, dewan direksi hingga saat ini belum melakukan tindakan apa pun terkait dengan temuan dan laporan investigasi Macfarlanes. Laporan itu menyatakan terdapat penyimpangan laporan keuangan pada PT Bumi Resources dan PT Berau Coal Energy.
Ketiga, Dewan direksi juga harus menjelaskan tindakan apa yang akan mereka lakukan mengenai putusan Panel Pengambilalihan (Take Over Panel) pada 19 Desember lalu. Take Over Panel menemukan adanya persekutuan bisnis antara PT Bukit Mutiara, Grup Bakrie, dan PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk.
Keempat, direksi dinilai gagal menjalankan tugasnya untuk mencegah penyelewengan aset perusahaan. Kelima, direksi dinilai gagal mengendalikan aset kunci perusahaan yang berada dan beroperasi di Indonesia. Akibatnya, perusahaan harus menanggung kerugian finansial yang cukup signifikan serta penurunan produksi yang terus-menerus sehingga mengorbankan para pemegang saham minoritas.
Untuk itu, NRI telah menyeleksi dan mencalonkan tim manajemen yang sangat independen dan berkelas dunia untuk menggantikan posisi 12 direksi tersebut. NRI mengaku calon yang mereka ajukan adalah orang-orang yang kaya pengalaman dalam dunia pertambangan, pimpinan perusahaan yang andal, bahkan untuk mengoperasikan usaha di Indonesia, dan siap melakukan pekerjaan baru mereka di Bumi Plc nantinya.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.