Dradjad Wibowo: Dominasi Asing Sudah Parah

Reporter

Editor

Senin, 12 Juli 2004 18:14 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Ekonom Dradjad Wibowo mengatakan ketergantungan Indonesia terhadap pihak asing di bidang ekonomi sudah terlalu kronis karena begitu mendominasinya dalam manajemen perekonomian Indonsia. "Dominasi ini sudah terlalu besar, terlalu parah," kata Dradjad di Jakarta, Senin (12/7). Akibat dominasi tersebut, kata Dradjad, pihak asing menjadi begitu leluasa mengintervensi perekonomian Indonesia. Yang menjadi masalah, menurutnya, intervensi tadi bukannya membuat kondisi perekonomian menjadi maju tetapi sebaliknya. Dradjad mencontohkan paket reformasi ekonomi yang ditawarkan IMF dan Bank Dunia ternyata malah menjerumuskan perekonomian Indonesia. "Mereka telah mengakui kesalahan ini karena telah membuat resep-resep yang salah dalam perbaikan ekonomi Indonesia," ujarnya. Yang menjengkelkan, lanjut Dradjad, dua lembaga tadi tidak mau bertanggung jawab. "Kita kan yang menanggung," katanya.Menurut Dradjad, intervensi asing tadi dilakukan mulai dari pembentukan perundangan sampai pada penguasaan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Dia mencontohkan pada penyusunan Undang-Undang tentang Minyak dan Gas sangat didasarkan pada detail-detail yang dihasilkan Technical Assitance (TA). "Kita tahu TA ini adalah bantuan dari luar yang pada prakteknya sering menjadi intervensi teknis (technical interference). Dari sini mereka memasukkan kepentingan mereka," katanya.Kasus yang sama, Dradjad mengungkapkan, juga terjadi pada saat pembentukan Undang-Undang Kepailitan. "Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 pun disusun tanpa pemerintah dan DPR menyadari adanya nuansa pengamanan kepentingan pihak asing," tegasnya. Menurutnya, yang sangat menekankan UU Kepailitan tadi pada saat itu adalah IMF dan kreditur asing. "Jadi yang muncul bagaimana mengamankan kreditur ini dari tagihan-tagihan di Indonesia," kata Dradjad.Menurut Dradjad, permasalahan muncul ketika pihak asing sendiri yang terkena undang-undang tersebut. "Mereka ramai-ramai mengusulkan agar UU Kepailitan direvisi. Padahal kan mereka sendiri yang membuat," katanya. Sebagai contoh, kata Dradjad, kasus yang menimpa Manulife dan Prudential. Muchamad Nafi - Tempo News Room

Berita terkait

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

1 hari lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

7 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

PBB-Bank Dunia: Kerusakan Infrastruktur Gaza Diperkirakan Mencapai Rp 294 T

26 hari lalu

PBB-Bank Dunia: Kerusakan Infrastruktur Gaza Diperkirakan Mencapai Rp 294 T

Penilaian awal ini kemungkinan besar merupakan perkiraan yang terlalu rendah terhadap kerusakan, kerugian, dan kebutuhan nyata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Ukraina Bakal Bangkrut Jika Negara-negara Barat Tak Hapus Utang

27 hari lalu

Ukraina Bakal Bangkrut Jika Negara-negara Barat Tak Hapus Utang

Sumber di Bank Dunia memperingatkan Ukraina bisa terperosok dalam utang jika negara-negara Barat tak hapus atau restrukturisasi utang

Baca Selengkapnya

1 April Hari Bank Dunia: Begini Sejarah dan Tugasnya, Sri Mulyani Pernah Jadi Direktur World Bank

28 hari lalu

1 April Hari Bank Dunia: Begini Sejarah dan Tugasnya, Sri Mulyani Pernah Jadi Direktur World Bank

Hari Bank Dunia atau World Bank Day diperingati setiap 1 April. Hal ini karena pada tanggal tersebut, organisasi bank dunia atau World Bank didirikan

Baca Selengkapnya

Cerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu

35 hari lalu

Cerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu

Sri Mulyani bercerita pertemuan dia dengan Susi Pudjiastuti yang membujuknya pulang ke Indonesia menjadi Menteri Keuangan.

Baca Selengkapnya

Dampak Serangan Houthi, Volume Perdagangan Lewat Terusan Suez Anjlok hingga 50 Persen

52 hari lalu

Dampak Serangan Houthi, Volume Perdagangan Lewat Terusan Suez Anjlok hingga 50 Persen

Volume perdagangan lewat Terusan Suez turun hingga 50 persen dalam dua bulan pertama 2024 akibat serangan Houthi.

Baca Selengkapnya

Profil Shehbaz Sharif, Dua Kali Pemenang Posisi Perdana Menteri Pakistan

56 hari lalu

Profil Shehbaz Sharif, Dua Kali Pemenang Posisi Perdana Menteri Pakistan

Shehbaz Sharif, yang kembali menjabat perdana menteri Pakistan untuk kedua kali, telah memainkan peran penting dalam menyatukan koalisi yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Setelah Bertemu Para Menkeu, Sri Mulyani Berkunjung ke Pasar dan Museum di Brasil

57 hari lalu

Setelah Bertemu Para Menkeu, Sri Mulyani Berkunjung ke Pasar dan Museum di Brasil

Menteri Keuangan Sri Mulyani menghabiskan sisa waktunya di So Paulo Brasil dengan mengunjungi museum dan pasar. Begini cerita perjalanannya.

Baca Selengkapnya

Shehbaz Sharif Terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan untuk Kedua Kali

57 hari lalu

Shehbaz Sharif Terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan untuk Kedua Kali

Shehbaz Sharif mengalahkan Omar Ayub dan kembali menduduki posisi Perdana Menteri Pakistan yang ditinggalkannya pada Agustus tahun lalu.

Baca Selengkapnya