TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Keuangan berharap inflasi inti tetap pada level di bawah 4,5 persen. Alasannya, pertumbuhan inflasi inti yang melonjak terlalu tinggi dapat menyebabkan overheating.
"Pertumbuhan inflasi inti yang semakin tinggi dapat menimbulkan overheating sehingga harus kita jaga agar sampai akhir tahun tetap di level yang diharapkan," kata Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Bambang Brodjonegoro, saat ditemui di kantornya, Kamis, 1 November 2012.
Kebijakan untuk mempertahankan inflasi inti ini, menurut Bambang, juga untuk menahan terjadinya gejolak pangan yang berlebihan. "Jadi nanti angka inflasi yang muncul sebagian besar mencerminkan inflasi inti," ujarnya.
Pengendalian tersebut, kata Bambang, dengan membuat kebijakan ekonomi umum. "Seperti melancarkan distribusi dan memastikan suplai bisa mengikuti demand.”
Badan Pusat Statistik sebelumnya mengumumkan laju inflasi tahun kalender yakni sepanjang sepuluh bulan pertama mencapai 3,66 persen dan laju inflasi Oktober 2012 year on year sebesar 4,61 persen. Adapun komponen inti pada Oktober 2012 mengalami inflasi sebesar 0,33 persen, laju inflasi komponen inti tahun kalender selama Januari-Oktober 2012 sebesar 3,97 persen, dan laju inflasi komponen inti Oktober year on year sebesar 4,59 persen.
Sri Mulyani Catat Permintaan Domestik Dorong Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2023
1 Agustus 2023
Sri Mulyani Catat Permintaan Domestik Dorong Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2023
Perekonomian triwulan II 2023, kata Sri Mulyani diprakirakan masih tumbuh kuat, ditopang peningkatan konsumsi rumah tangga dan tren ekspansif aktivitas manufaktur.
IMF Minta RI Pertimbangkan Larangan Ekspor Nikel, Bahlil Ungkap Standar Ganda
30 Juni 2023
IMF Minta RI Pertimbangkan Larangan Ekspor Nikel, Bahlil Ungkap Standar Ganda
Bahlil Lahadalia, menanggapi rekomendasi Dana Moneter Internasional atau IMF yang meminta Indonesia mencabut larangan ekspor mineral mentah, termasuk nikel, secara bertahap.