Kebijakan Pangan Indonesia Dinilai Salah Arah  

Rabu, 10 Oktober 2012 14:18 WIB

TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi untuk Kerja Sama dan Pengembangan Ekonomi (OECD) menilai perhatian Indonesia pada pencapaian ketahanan pangan melalui swasembada salah arah. Direktur Perdagangan dan Pertanian OECD, Ken Ash, mengatakan Indonesia lebih baik fokus pada komoditas yang berdaya saing tinggi dan memiliki keunggulan komparatif sehingga mampu bersaing di pasar global dalam produk ekspornya.

Menurut OECD, pemerintah Indonesia sebaiknya mulai meninggalkan tujuan swasembada karena dinilai justru membutuhkan dana besar jika dipaksakan pada komoditas yang kurang berdaya saing tinggi. “Untuk mencapai swasembada, Indonesia membutuhkan biaya besar, seperti memberikan subsidi untuk pupuk, perlindungan pasar impor, juga ekspor,” kata Ken dalam konferensi pers di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu, 10 Oktober 2012.

Pemerintah Indonesia, katanya, dapat meningkatkan ketahanan pangan melalui fasilitas penanaman modal pertanian, membuka pasar produk pertanian di perdagangan internasional, dan reformasi skema subsidi.

“Perlu beralih dari jenis subsidi menjadi investasi yang lebih strategis, pendidikan dan pembangunan infrastruktur fisik,” ujarnya. Jadi, menurut dia, pemerintah seharusnya lebih fokus pada peningkatan produktivitas dan meningkatkan daya saing agar lebih tangguh.

Pemerintah menargetkan swasembada beras, kedelai, jagung, daging, dan gula pada 2014. Untuk beras dan jagung ditargetkan agar swasembada berkelanjutan karena selama ini produksi kedua komoditas itu sudah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Adapun kedelai, gula, dan daging belum swasembada sehingga selama ini masih harus impor.

Menurut dia, Indonesia bisa mengimpor produk pangan yang tidak bisa diproduksi sendiri atau kurang berdaya saing tinggi, tapi Indonesia juga bisa mengekspor produk pangan unggulan yang mampu diproduksi. “Indonesia dapat impor pangan yang tidak dapat diproduksi sendiri. Pemerintah harus memiliki kebijakan keamanan pangan dan mempertimbangkan pendapatan masyarakat karena masih banyak masyarakat yang belum dapat mengakses pangan," katanya.

Selama periode 2006-2010, dukungan pemerintah kepada sektor pertanian yang diukur dengan Producer Support Estimate (PSE) rata-rata mencapai 9 persen dari total nilai produksi yang diterima petani atau lebih rendah dari rata-rata negara anggota OECD. Laporan OECD ini mengusulkan reformasi yang dapat memperbaiki efisiensi dukungan untuk petani maupun konsumen miskin.

Kajian kebijakan pertanian Indonesia (Review of Agricultural Policies: Indonesia) menyatakan bahwa mendorong penanaman modal swasta berkelanjutan pada sektor pertanian merupakan hal penting. Sebab, hal itu dapat meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian, memaksimalkan manfaat pembangunan dari sektor pertanian yang kuat, dan mencapai ketahanan pangan.

ROSALINA

Berita lain:
BEI Akan Selidiki Kabar Penjualan Saham Bumi

Tak Taati Aturan Asuransi, Lima Maskapai Ditegur

Maersk Line Perluas Produk ke Indonesia

Brunei Minat Investasi di Kalimantan dan Papua

Medco Eksplorasi Panas Bumi di Gunung Ijen

Kronologi Pendaratan Darurat Helikopter Mil-8

Berita terkait

Usai Jalani Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Serahkan Dihukum Apapun

12 jam lalu

Usai Jalani Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Serahkan Dihukum Apapun

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menyerahkan putusan Dewan Pengawas (Dewas) sesuai ketentuan hukum jika terbukti menyalahi wewenang dalam sidang etik.

Baca Selengkapnya

Mentan Minta Madura Kembali Wujudkan Swasembada Pangan

15 jam lalu

Mentan Minta Madura Kembali Wujudkan Swasembada Pangan

Indonesia pernah swasembada pada 2017, 2019, dan 2020. Pertanian di Madura punya potensi besar menjadi lumbung pangan.

Baca Selengkapnya

Mentan Amran Tinjau Pertanaman Padi di Sulawesi Selatan

3 hari lalu

Mentan Amran Tinjau Pertanaman Padi di Sulawesi Selatan

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman meninjau jalanya pertanaman padi di sejumlah sentra wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.

Baca Selengkapnya

Aneka Kegiatan dan Kebutuhan Syahrul Yasin Limpo dari Urunan Pegawai Kementan: dari Sapi Kurban, Umrah, hingga Bayar ART

5 hari lalu

Aneka Kegiatan dan Kebutuhan Syahrul Yasin Limpo dari Urunan Pegawai Kementan: dari Sapi Kurban, Umrah, hingga Bayar ART

Persidangan perkara dugaan pemerasan oleh bekas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di lingkungan Kementan terkuak fakta-fakta baru.

Baca Selengkapnya

Serikat Petani Indonesia Dukung Penuh Pompanisasi

5 hari lalu

Serikat Petani Indonesia Dukung Penuh Pompanisasi

SPI mendorong semua anggota menggunakan fasilitas pompa dalam mengantisipasi musim kering dampak el Nino.

Baca Selengkapnya

Auditor BPK Disebut Minta Rp 12 Miliar untuk Menerbitkan WTP Kementerian Pertanian era Syahrul Yasin Limpo

5 hari lalu

Auditor BPK Disebut Minta Rp 12 Miliar untuk Menerbitkan WTP Kementerian Pertanian era Syahrul Yasin Limpo

Permintaan itu agar Kementerian Pertanian mendapat predikat WTP dari BPK karena ada kejanggalan anggaran proyek food estate era Syahrul Yasin Limpo.

Baca Selengkapnya

Syahrul Yasin Limpo Bantah Kesaksian 4 Anak Buah di Kementan: Jangan Bela Saya, Jawab Pakai Hati

5 hari lalu

Syahrul Yasin Limpo Bantah Kesaksian 4 Anak Buah di Kementan: Jangan Bela Saya, Jawab Pakai Hati

Bekas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sempat membantah kesaksian empat mantan anak buahnya di lembaga itu dalam persidangan.

Baca Selengkapnya

4 Pejabat Kementan Mengaku Terpaksa Penuhi Permintaan Syahrul Yasin Limpo karena Takut Dipecat

6 hari lalu

4 Pejabat Kementan Mengaku Terpaksa Penuhi Permintaan Syahrul Yasin Limpo karena Takut Dipecat

Empat pejabat di Kementerian Pertanian kompak menjawab terpaksa memenuhi permintaan Syahrul Yasin Limpo karena takut dipecat atau dimutasi.

Baca Selengkapnya

Syahrul Yasin Limpo Disebut Minta Honor Narasumber Rp10 Juta padahal Maksimal Rp4 Juta

6 hari lalu

Syahrul Yasin Limpo Disebut Minta Honor Narasumber Rp10 Juta padahal Maksimal Rp4 Juta

Bendahara Dirjen PSP Kementerian Pertanian mengaku diminta menyiapkan Rp10 juta untuk honor Syahrul Yasin Limpo sebagai narasumber

Baca Selengkapnya

Saksi Akui Diminta Sewa Pesawat Rp 1,4 Miliar untuk Kunjungan Kerja Syahrul Yasin Limpo ke Maluku dan Anggarkan Beli 12 Sapi Kurban

6 hari lalu

Saksi Akui Diminta Sewa Pesawat Rp 1,4 Miliar untuk Kunjungan Kerja Syahrul Yasin Limpo ke Maluku dan Anggarkan Beli 12 Sapi Kurban

Hermanto diminta untuk menyediakan uang di luar anggaran Kementerian Pertanian untuk membeli sapi kurban buat Syahrul Yasin Limpo.

Baca Selengkapnya