TEMPO.CO, San Francisco - Saham Facebook.com sempat jatuh 10 persen setelah majalah mingguan keuangan, Barron, menilai valuasi perusahaan jejaring sosial terbesar di dunia tersebut hanya US$ 15 per sahamnya.
Dalam perdagangan semalam, 24 September 2012, saham Facebook (FB) terkoreksi US$ 2,07 (9,06 persen) menjadi US$ 20,79, turun sekitar 46 persen dari harga perdananya (IPO) sebesar US$ 38 pada 18 Mei lalu.
Penurunan semalam telah mengikis kenaikan yang terjadi pada pekan sebelumnya, di mana saham FB berhasil menguat setelah perusahaan sedang menguji jaringan iklan pada perangkat bergerak (mobile).
Apakah saat ini waktunya untuk beli? Jawabannya singkat “Tidak,” kata Andrew Bary, dalam tulisannya di Barron edisi mingguan terbarunya. Sahamnya diperdagangkan masih terlalu tinggi dilihat dari harga terhadap labanya, bahkan di tengah ketidakpastian prospek pertumbuhan bisnisnya.
Di harga US$ 15, saham Facebook masih tetap mahal karena masih berada di atas 24 kali proyeksi labanya tahun 2013. Sedangkan saham teknologi lainnya, seperti Apple Inc (APPL) dan Google Inc (GOOG), saat ini diperdagangkan dengan hanya sekitar 16 kali labanya pada tahun 2012.
Selain masih berjuang untuk beradaptasi dengan munculnya perangkat bergerak, Barron juga menyoroti bahwa biaya kompensasi saham jejaring sosial terbesar ini bagi karyawan juga terlalu besar. Barron bahkan memperkirakan biaya kompensasi telah melampaui kemampuan kasnya.
CEO Facebook Mark Zuckerberg tampaknya tetap berkukuh mengenai kompensasi saham. Sebab, kebijakan pemberian saham lebih kepada karyawan untuk menebus harga sahamnya yang turun.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.