TEMPO.CO, Jakarta - Harga saham Bumi PLC yang mempunyai kode BUMIP.L dan tercatat di Bursa London akhir pekan lalu anjlok 54,2 pence (21,67 persen) menjadi 195,9 pence. Berarti saham yang dulunya bernama Vallar ltd ini telah jatuh 79,9 persen dari harga tertingginya sepanjang 52 pekan terakhir di level 973 pence, menurut data dari Reuters.
Analis dari PT Valbury Asia Securities, Alfiansyah menjelaskan, kekhawatiran perusahaan grup Bakrie akan mengalami kesulitan membayar kewajibannya yang akan jatuh tempo serta renegoisasi kontrak harga batubara di Cina membuat saham Bumi Plc anjlok lebih dari 21 persen.
Jatuhnya saham Bumi Plc tersebut merupakan harga yang pantas diterima dari para investor karena besarnya risiko yang akan terjadi. Dengan meluncurnya saham BUMIP.L membuat grup Bakrie harus melakukan top up terhadap pembayaran pinjamannya. “Belum lagi jika ada perjanjian kewajiban untuk menjaga harga saham Bumi Plc harus berada di atas level tertentu saat digadaikan sehingga akan menambah kesulitan untuk memenuhi kewajibannya,” dia memaparkan.
Kecemasan investor bahwa grup Bakrie akan mengalami kesulitan memenuhi kewajibannya membuat saham Bumi Plc jatuh cukup dalam. Jatuhnya saham BUMIP.L ini setidaknya akan mempengaruhi pergerakan saham di bursa domestik yang mempunyai keterkaitan seperti Bakrie & Brothers (BNBR), Bumi Resources (BUMI), serta Borneo Lumbung (BORN).
Untuk itu, Alfiansyah menyarankan kepada investor agar berhati-hati terhadap saham kelompok Bakrie karena pasti akan ada imbasnya. Setidaknya tunggu hingga ada kejelasan terhadap jatuhnya saham Bumi Plc. “Meskipun saham grup Bakrie saat ini sudah cukup murah, tapi bila masih ada risiko yang sangat besar, tidak tertutup harga saham grup Bakrie akan kembali terkoreksi.”
Pekan lalu, konsumen komoditas tambang di Cina meminta negoisasi ulang terhadap harga kontrak dan penundaan pengiriman material seiring melambatnya permintaan manufaktur Cina karena krisis utang di Eropa. Saham pertambangan sempat merosot tajam sebelum akhirnya berhasil menguat di akhir perdagangan.
Bulan Januari lalu, Bakrie & Brothers bersama Long Haul Holding Ltd sepakat menerima utang baru dari Credit Suisse AG senilai US$ 437 juta atau senilai Rp 3,93 triliun. Dari total tersebut, kredit yang diterima senilai US$ 193,969 juta atau sekitar Rp 1,745 triliun dengan tenor satu tahun dan akan digunakan untuk pembayaran utang lama (refinancing).
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.