Penumpang membludak menaiki kapal ferry di pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh, Minggu (5/10). Memasuki hari kelima lebaran (H+5) arus penyeberangan dari dan ke Sabang-Banda Aceh membludak. ANTARA/Ampelsa
TEMPO.CO, Cilegon - PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Indonesia Ferry akan mengoperasikan 39 kapal di lintasan Merak-Bakauheni untuk melayani arus mudik tahun ini. Ironisnya, dari jumlah itu 34 diantaranya merupakan kapal tua buatan tahun 1970 hingga 1980.
Data ASDP Indonesia Ferry menyebutkan, kapal tertua dibuat tahun 1971 atau sudah berusia 39 tahun. Sedangkan yang termuda ialah buatan tahun 1997 atau berusia 15 tahun. Sisanya didominasi oleh kapal-kapal keluaran dekade 1980-an.
Kapal roll on roll off (roro) yang tergolong tua antara lain Jatra I dan Jatra II buatan tahun 1980, Jatra III buatan tahun 1985, BSP I produksi tahun 1973, BSP II buatan tahun 1971, BSP III buatan tahun 1973, Menggala buatan tahun 1973 dan Mufidah produksi tahun 1979.
Direktur Usaha Pelabuhan ASDP Indonesia Ferry, Prasetyo B Utomo, mengakui pengoperasian kapal berusia lanjut berisiko menyebabkan tertundanya waktu perbaikan (docking) lantaran harus menunggu suku cadang yang terbatas. Suku cadang kapal tua, kata dia, persediaannya terbatas. "Kalaupun ada harus memesan lebih dulu dan tak bisa dipastikan kapan datangnya,” kata dia, Kamis, 2 Agustus 2012.
Tertundanya docking berdampak pada perubahan jadwal operasi kapal. Prasetyo mengatakan hal ini bakal berujung pada tak optimalnya layanan ASDP. “Tidak bisa dimungkiri, penundaan docking akan berdampak pada antrean di Merak lantaran minimnya kapal,” ujarnya.
General Manager ASDP Cabang Merak Supriyanto mengatakan sudah meminta pengelola kapal yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan untuk memesan suku cadang sebelum docking. “Jadi tidak ada alasan kapal terlambat beroperasi karena menunggu suku cadang,” katanya.
