TEMPO.CO, Jakarta -- Pemerintah mengakui investasi di bidang pertanian, khususnya hortikultura (buah dan sayur), belum terlalu diminati oleh investor swasta. “Investasi hortikultura belum dikenal orang dengan baik dan mereka belum ada pengalaman,” kata Direktur Jenderal Hortikultura Hasanuddin Ibrahim dalam workshop "Peningkatan Investasi dan Pembiayaan Hortikultura", di Jakarta, Rabu, 27 Juni 2012.
Dia menjelaskan, bidang usaha sektor hortikultura memang belum dikenal karakteristiknya. Padahal hortikultura termasuk produk yang tidak terlalu sulit ditanam atau bisa dilakukan di lahan marjinal (kurang subur).
Namun dia mengakui ada beberapa kendala yang masih menyulitkan investasi hortikultura. Kendala utama adalah iklim Indonesia yang tergolong iklim tropis lembap basah, yang membuat tanaman rentan penyakit. Kendala lain, soal teknik pemasaran dan distribusinya. Sistem logistik Indonesia yang belum sempurna kadang menyulitkan produk hortikultura didistribusikan ke daerah-daerah yang menjadi target konsumen.
“Bukan karena harga rendah, tapi hortikultura ini kan produk segar sehingga tidak bisa melempar produk ke pasar dalam jumlah berlebih. Yang tahu persis ini adalah petani,” ujarnya. Meskipun begitu, pihaknya tidak terlalu khawatir dengan faktor eksternal itu. Kementerian akan memperbaiki varietas tanaman hortikultura agar menghasilkan produk unggulan.
Sistem manajemen hortikultura, diklaim Hasanuddin, harus bisa menunjukkan hasil positif 20 tahun terakhir ini. Dalam rentang waktu itu, pemerintah bersusah payah membangun kawasan budi daya hortikultura yang hingga kini belum terlalu optimal. Dia mencontohkan, kawasan buah di Cirebon untuk mangga gedong gincu. Dari 10 ribu areal yang dikhususkan untuk buah itu, ternyata hanya menghasilkan buah asli gedong gincu seluas 1.000 hektare.
ROSALINA
Berita terkait
Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi
10 jam lalu
Kekeringan El Nino sudah overlap dan harus waspada.
Baca SelengkapnyaProgram Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian
3 hari lalu
Program Electrifying Agriculture (EA) dari PT PLN (Persero), terus memberikan dampak positif bagi pertanian di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi
7 hari lalu
Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar
Baca SelengkapnyaPengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia
10 hari lalu
Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi
12 hari lalu
PT Pupuk Indonesia mengumumkan pupuk subsidi sudah bisa ditebus di kios pupuk lengkap resmi wilayah masing-masing.
Baca SelengkapnyaKemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati
12 hari lalu
Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Atase Perdagangan RI di Canberra berupaya mendorong para pelaku usaha produk pertanian Indonesia memasuki pasar Australia.
Baca SelengkapnyaErupsi Marapi Rusak Ribuan Hektare Lahan Pertanian
23 hari lalu
Erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat telah merusak hingga ribuan hektare lahan pertanian di sekitar wilayah tersebut.
Baca SelengkapnyaGoogle Manfaatkan AI untuk Dukung Produktivitas Pertanian, Diklaim Sukses di India
34 hari lalu
Google berupaya untuk mengimplementasikan teknologi Google AI AnthroKrishi ini untuk skala global, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaJokowi Resmikan Rehabilitasi Bendungan dan Irigasi Gumbasa, Nilainya Mencapai Rp 1,25 Triliun
37 hari lalu
Jokowi pada hari ini meresmikan bendungan dan daerah irigasi Gumbasa di Kabupaten Sigi, Sulteng yang telah direhabilitasi dan direkonstruksi.
Baca SelengkapnyaGuru Besar Unpad Ajarkan Empat Metode Pemberantasan Gulma Tani, Mana yang Paling Efektif?
38 hari lalu
Guru Besar Unpad memaparkan sejumlah metode pemberantasan gulma di lahan tani. Pemakaian hebrisida efektif, namun berisiko.
Baca Selengkapnya