SBI Ditekan Hingga di Bawah 7 Persen

Reporter

Editor

Rabu, 3 Maret 2004 21:53 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Aslim Tadjuddin, menyatakan bank sentral akan terus menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) di bawah level 7 persen. “Kalau mungkin sampai di bawah 7 persen,” katanya kepada Tempo News Room, Rabu (3/3) malam. Rata-rata tertimbang tingkat diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka waktu 1 bulan hasil lelang tanggal 3 Maret 2004 adalah sebesar 7,42 persen (sebelumnya 7,48 persen). Lelang SBI jangka waktu 1 bulan hari ini berhasil menyerap dana sebesar Rp 21,49 triliun atau 98,61 persen dari jumlah lelang yang diterima Bank Indonesia.Sementara itu, rata-rata tertimbang tingkat diskonto SBI jangka waktu 3 bulan hasil lelang Kamis (3/3) hari ini adalah sebesar 7,32 persen (sebelumnya 7,70 persen). Lelang SBI 3 bulan tersebut menyerap dana sebesar Rp 12,07 triliun atau 91,65 persen dari jumlah lelang yang diterima.Menurut Aslim, kemungkinan menurunkan SBI sampai di kisaran 7 persen apabila tingkat inflasi berada pada kisaran 5 persen atau kurang. Aslim sendiri percaya inflasi akan berkisar pada angka 5 persen atau bahkan mungkin bisa lebih rendah lagi. “Hal ini dikarenakan variabel fundamental yang mempengaruhi inflasi inti (inflasi yang dipengaruhi kebijakan moneter) seperti nilai tukar rupiah, ekspektasi pertumbuhan dan terjaganya keseimbangan permintaan dan penawaran agregat, menunjukkan perkembangan yang baik,” urainya. Selain itu, beberapa variabel yang selama ini menjadi penyebab inflasi, seperti kenaikan administered price atau harga barang oleh pemerintah kemungkinan besar tidak akan terjadi. “Sudah ada pernyataan dari Menteri Perhubungan bahwa tidak akan ada kenaikan tarif telepon tahun ini,” katanya. Walaupun demikian, layak ditunggu kabar dari administered price lainnya, seperti tarif listrik dan harga beras yang kenaikannya dikhawatirkan akan memicu inflasi. Tambahan lagi, menurut Aslim, sudah ada jadwal tetap dari penerbitan obligasi tiap bulannya yang dapat menyerap likuiditas berlebih dari obligasi yang jatuh tempo dan pembayaran bunga obligasi. Tahun 2004 ini obligasi pemerintah yang jatuh tempo sebesar Rp 23,1 triliun, sedangkan bunga yang harus dibayarkan sebesar Rp 41,2 triliun. “Sehingga kelebihan likuiditas dapat segera diserap,” katanyaMalahan dengan adanya kelebihan likuiditas tersebut, Aslim berharap perbankan akan menjadi lebih ekspansif dalam menyalurkan kreditnya. Apalagi kebijakan untuk menurunkan bunga SBI ditujukan agar suku bunga perbankan tetap rendah, terutama suku bunga kredit, agar sektor riil dapat tumbuh dan bergerak. “Sektor riil yang tumbuh diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran,” ujarnya. Saat ini pertumbuhan ekonomi masih berkisar 4 persen yang banyak didorong oleh gerak konsumsi. Angka pengangguran baru bisa dikurangi apabila pertumbuhan didorong oleh investasi. “Minimal pertumbuhan ekonomi sebesar 6-7 persen baru bisa mengurangi pengangguran,” kata Aslim. Sementara itu variabel pembentuk inflasi lainnya, seperti nilai tukar yang menguat, menurut Aslim, akan menjadi pendorong sentimen positif bagi inflasi. “Setidaknya satu varibel fundamental pembentuk inflasi yakni imported inflation berupa nilai tukar bisa diharapkan perannya dalam menghadang laju inflasi,” katanya. Hal ini dikarenakan adanya pernyataan Alan Greenspan di hadapan Kongres AS yang mengisyaratkan bank sentral AS akan membiarkan dolar terus melemah untuk membantu mengurangi defisit neraca transaksi berjalan AS. “Karenanya kita bisa berharap rupiah akan terus menguat di kisaran Rp 8.200 atau bahkan mungkin menguat ke level Rp 8.000,” katanya. Amal Ihsan — Tempo News Room

Berita terkait

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

1 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

2 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

15 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya