TEMPO.CO, Jakarta - Pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Hariyadi Sukamdani, mengatakan pemerintah harus mempertimbangkan faktor alamiah sebelum menyatukan zona waktu Indonesia. “Pertimbangkan masalah perbedaan waktunya,” kata dia saat dihubungi Ahad, 11 Maret 2012.
Ia berkata terdapat perbedaan permulaan waktu yang cukup signifikan antara Indonesia bagian barat dan timur. Misalnya, perbedaan waktu terbit dan tenggelam matahari yang dapat berbeda hingga dua jam. Perbedaan waktu siang dan malam tersebut yang tidak dapat dielakkan.
“Harus dibicarakan dan ditemukan persamaan pendapat pengaturannya,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kebijakan Moneter, Fiskal, dan Publik ini. Karena penyamaan zona waktu tentunya akan menyamakan waktu kerja dan kegiatan perekonomian.
Ia menganggap penyamaan zona waktu tersebut merupakan hal yang positif. Sebab dapat menyamakan aktivitas ekonomi di Indonesia serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pengaturan zona ekonomi tidak akan menimbulkan kerugian secara ekonomi kepada siapa pun.
“Asal dapat disosialisasikan dengan baik, maka tidak ada masalah,” ujarnya. Berdasaran perkiraannya, jika pemerintah memang seruius ingin menyamakan zona waktu, diperlukan waktu sekitar satu hingga dua bulan sosialisasi agar masyarakat menerima penyamaan zona waktu tersebut.
Sebelumnya, Juru Bicara Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Edib Muslim menyampaikan kajiannya untuk menyatukan zona waktu Indonesia.
"Selisih satu jam di antara tiga zona waktu di Indonesia ini tidak efektif. Contohnya, dalam waktu dagang antara dunia usaha di zona WIB dan WIT" ujarnya.
Kalau transaksi perdagangan di Jakarta dimulai jam 09.00 WIB dan berakhir pada jam 17.00 WIB, berarti waktu yang efektif untuk aktivitas perdagangan antara dunia usaha di zona WIB dan WIT cuma empat jam.
Deputi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Lucky Eko Wuryanto, menilai penyatuan zona waktu akan berdampak pada penyederhanaan tata kelola di berbagai sektor, misalnya transportasi dan perbankan.
Lucky juga menilai penyamaan zona waktu akan membuka kesempatan bisnis baru di berbagai sektor karena waktu Indonesia sama dengan negar-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Hongkong. Keuntungan penyamaan zona waktu juga akan dirasakan oleh Bursa Efek Indonesia karena tidak lagi mengikuti bursa Singapura.
RAFIKA