TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memperkirakan dampak inflasi akibat rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) hanya sementara. "Efeknya tidak akan lama berlangsung," ujar Gubernur BI Darmin Nasution di gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis, 8 Maret 2012.
Sebelumnya, bank sentral memperkirakan inflasi tahun 2012 berada pada kisaran 4,4 persen. Target ini meningkat dari inflasi tahun lalu yang hanya 3,76 persen.
Jika kenaikan harga BBM jadi diterapkan, bank sentral memperkirakan inflasi dapat mencapai 6,8 - 7,1 persen. "Setelah itu inflasi akan kembali menurun," kata Darmin.
Sementara itu, harga komoditas di luar barang yang termasuk dalam kategori administered price sudah rendah. "Jadi pada dasarnya, inflasi memang sudah rendah," ujarnya.
Terkait dengan pengaruh kenaikan inflasi terhadap rencana bisnis bank (RBB). "Inflasi tidak mempengaruhi pertumbuhan kredit," katanya.
Menurut dia, pertumbuhan kredit lebih banyak dipengaruhi oleh situasi ekonomi global. Untuk itu bank sentral tetap menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 24 persen.
Hingga akhir Januari 2012 pertumbuhan kredit perbankan mencapai 23,7 persen. Kredit investasi tumbuh cukup tinggi sebesar 38,1 persen year-on-year. Sedangkan kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 20,2 dan 20,3 persen year-on-year.
Sri Mulyani Catat Permintaan Domestik Dorong Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2023
1 Agustus 2023
Sri Mulyani Catat Permintaan Domestik Dorong Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2023
Perekonomian triwulan II 2023, kata Sri Mulyani diprakirakan masih tumbuh kuat, ditopang peningkatan konsumsi rumah tangga dan tren ekspansif aktivitas manufaktur.
IMF Minta RI Pertimbangkan Larangan Ekspor Nikel, Bahlil Ungkap Standar Ganda
30 Juni 2023
IMF Minta RI Pertimbangkan Larangan Ekspor Nikel, Bahlil Ungkap Standar Ganda
Bahlil Lahadalia, menanggapi rekomendasi Dana Moneter Internasional atau IMF yang meminta Indonesia mencabut larangan ekspor mineral mentah, termasuk nikel, secara bertahap.