TEMPO Interaktif, Jakarta:- Bank-bank Eropa dikabarkan melepas aset berharga mereka setelah dipaksa menggenjot ketersediaan modal hingga 9 persen oleh regulator. Anak-anak usaha yang potensial pun terpaksa dikorbankan sebagai benteng risiko krisis yang mungkin muncul tahun depan
Bloomberg melaporkan, Banco Santander, Spanyol, telah menjual unit usaha di Kolombia pada pekan lalu kepada Chile Corpbanca senilai US$ 1,16 miliar. Hal ini dilakukan demi menggenjot ketersediaan modal minimum 5,2 miliar euro atau sekitar US$ 6,9 miliar. Santander juga merampungkan penjualan unit asuransi di Brasil pada Zurich Financial Services senilai US$ 1,7 miliar.
Usaha serupa dilakukan KBC Groep, Belgia. Bank penerima dana talangan 7 miliar euro itu melepas dua anak usaha di Polandia, asuransi Towarzystwo Ubezpieczen i Reasekuracji Warta SA serta 80 persen saham di Kredyt Bank SA. Sedangkan Deutsche Bank kini tengah pikir-pikir untuk menjual unit usaha manajemen aset mereka.
Pekan lalu otoritas perbankan Uni Eropa (EBA) memerintahkan bank dan lembaga keuangan di kawasan regional itu mengumpulkan tambahan modal hingga 114,7 miliar euro lantaran risiko krisis utang kawasan itu semakin tinggi. EBA, yang membawahkan 27 regulator perbankan, mewajibkan setiap bank memenuhi kecukupan modal hingga tier 1 atau lebih dari 9 persen dari aset tertimbang menurut risiko hingga pertengahan 2012. Untuk memenuhinya, bank diperintahkan meraup dana dari investor, menggenjot pendapatan, serta mereduksi bonus.
Cara lain yang mungkin ditempuh adalah menjual aset. Diperkirakan, dalam dua tahun ke depan, bank di Eropa akan menjual aset senilai lebih dari 950 miliar euro. Sekitar 80 persen yang dijual merupakan aset mahkota tiap bank, yakni unit usaha yang paling memberi keuntungan.
Karena itulah kalangan analis menilai penjualan aset potensial ini bakal mempengaruhi kinerja tiap bank dalam jangka panjang. Risiko ini pun tak dikehendaki otoritas Eropa sekalipun telah mewajibkan bank-bank itu menggenjot aset mereka. "Jika aset-aset yang menguntungkan dilepas, bank akan berubah jadi bisnis yang tak menguntungkan," kata ekonom Schroders Plc untuk Eropa, Azad Zangana, kemarin.
Profitabilitas bank pun cenderung menurun. Analis Morgan Stanley, Huw van Steenis, mengatakan penyusutan aset akan memangkas laba atas nilai aktiva bersih rata-rata hingga 1,5 persen. Dia mencontohkan kinerja Deutsche Bank dan Santander diperkirakan menyusut masing-masing 1 persen dan 0,8 persen gara-gara penjualan aset ini. "Jika dihubungkan dengan ekonomi yang memburuk, kinerja mereka akan lebih jeblok 2,5 persen," ujarnya.
Sayangnya, karena dalam perekonomian Eropa mendapat predikat buruk, penjualan aset ini dinilai kurang maksimal. Symon Drake-Brockman, mantan CEO Royal Bank of Skotlandia Group Plc, menduga banyak bank yang melego aset mereka hanya 50 persen dari nilai buku. "Tapi, bagaimana lagi, ini merupakan cara yang murah untuk meningkatkan modal," katanya.
l FERY FIRMANSYAH
Berita terkait
Kementan-Polri Berkolaborasi Hadapi Tantangan dan Krisis Global
29 Agustus 2023
Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Satgas Pangan Mabes Polri mempererat kerjasama pendataan penggilingan padi dan stok beras sebagai upaya bersama menghadapi tantangan dan krisis global.
Baca SelengkapnyaIndustri Tekstil Masih Tertekan, Menperin: Tapi Sekarang Level Tekanannya Berbeda
10 Mei 2023
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan subsektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mesih tertekan akibat krisis global.
Baca Selengkapnya3 Pernyataan Menko Airlangga Hartarto Seputar Pengesahan UU Cipta Kerja
23 Maret 2023
Menko Airlangga Hartarto ikut menyampaikan pandangan pemerintah atas pengesahan UU Cipta Kerja, berikut 3 pernyataannya
Baca SelengkapnyaSilicon Valley Bank Bangkrut, Jokowi: Semua Negara Tunggu Efek Dominonya
15 Maret 2023
Jokowi menunggu dampak yang ditimbulkan dari bangkrutnya Silicon Valley Bank atau SVB, bank yang mendanai start up di Amerika Serikat, pada Jumat lalu
Baca SelengkapnyaLockdown Ketat di Cina, Apindo: Agak Miris
5 Desember 2022
Apindo khawatir lockdown dapat berpengaruh signifikan terhadap transaksi kerja sama dengan Cina yang nilainya diperkirakan mencapai US$ 135 miliar.
Baca SelengkapnyaJokowi Ingin Inflasi Ditangani seperti Covid-19, Tito: Setiap Minggu Dibahas dan Dievaluasi
5 Desember 2022
Jokowi mengklaim upaya pemerintah mengendalikan inflasi di Tanah Air sudah detail dan cukup berhasil.
Baca SelengkapnyaHadapi Ancaman Krisis Global, Gubernur BI: Hidup adalah Ketidakpastian
5 Desember 2022
BI membeberkan tiga langkah yang akan diambil Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pada masa mendatang.
Baca SelengkapnyaIndef Sebut RI Hadapi Tantangan Kombo di 2023, Krisis Global hingga Tahun Politik
5 Desember 2022
Dari sisi global, Indef melihat tantangan ekonomi Indonesia bermuasal dari krisis karena perang Rusia dan Ukraina yang tak pasti kapan akan berakhir.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Sebut Kaum Muda Beruntung Saksikan Respons Negara Hadapi Krisis Global
2 Desember 2022
Dalam kondisi yang serba tak pasti, Sri Mulyani mengatakan generasi muda dapat melihatnya sebagai bekal pada masa mendatang.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Ingatkan Ancaman Krisis Pangan dan Energi 2023
2 Desember 2022
Sri Mulyani melihat potensi memburuknya perekonomian telah bergeser dari ancaman pandemi ke krisis global.
Baca Selengkapnya