Krisis Eropa Picu Kejatuhan Harga Obligasi Pemerintah  

Reporter

Editor

Senin, 28 November 2011 10:34 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pergerakan indeks kurva yield obligasi IBPA pada perdagangan Jumat lalu masih memperlihatkan pola bearish (turun). Harga obligasi seri benchmark turun di semua tenor, sehingga memicu kenaikan imbal hasil (yield).

Corporate Secretary Indonesia Bond Price Agency (IBPA) Tumpal Sihombing mengemukakan harga obligasi sukuk global Indonesia yang berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) tertekan turun. “Krisis Eropa menjadi pemicu munculnya gejolak di pasar global, sehingga menekan harga sukuk global Indonesia,” tutur dia.

Harga obligasi sukuk global Indonesia dengan tenor 5 tahun pada akhir pekan lalu turun menjadi 112,5. Begitu pula dengan sukuk global bertenor 7 tahun juga melemah menjadi 116,55.

Harga obligasi pemerintah seri Benchmark juga cenderung turun antara 62,65 bps hingga 101,78 bps. Seri FR0055 (tenor 5 tahun) harganya turun 97,18 bps menjadi 105,75, sehingga imbal hasilnya naik 22,57 bps. Seri FR0053 (tenor 10 tahun) harganya turun 101,78 bps menjadi 110,0517, sedangkan yield-nya naik 13,59 bps. Harga seri FR0056 (tenor 15 tahun) turun 99,8 bps menjadi 110,5, sehingga yield-nya naik 10,25 bps. Dan obligasi pemerintah seri FR0054 (tenor 20 tahun) harganya juga turun 62,65 bps menjadi 118,568 mendorong kenaikan imbal hasilnya 5,44 bps.

Masih menurut Tumpal, kenaikan rata-rata imbal hasil paling tajam terjadi pada obligasi dengan tenor menengah (5-7 tahun) sebesar naik 25,4 basis point (bps), disusul tenor pendek (1-4 tahun) naik 24,2 bps, kemudian tenor panjang (8-30 tahun) juga naik 12 bps. Naiknya imbal hasil tenor pendek didorong oleh melonjaknya yield tenor 4 tahun sebesar 30,4 bps ke level 5,9396 persen. Selisih antara yield tenor 1 tahun yang mewakili tenor pendek dengan tenor 10 tahun yang mewakili tenor jangka panjang menyempit menjadi 128 bps dari 139 bps.

Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2011 akan melambat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya meski tetap ada keyakinan bahwa hingga akhir tahun bisa mencapai 6,6 persen. Pelemahan perekonomian di kuartal terakhir disebabkan oleh keluarnya arus modal asing (capital outflow) yang masih terjadi hingga saat ini.

Volume perdagangan Jumat lalu mencapai Rp 5,4 triliun, yang berarti turun 19,4 persen dari hari sebelumnya sebesar Rp 5,4 triliun. Demikian pula dengan total frekuensi juga turun 9,3 persen menjadi 312 kali dari hari sebelumnya sebanyak 344 kali.

Obligasi seri FR0058 (tenor 20,57 tahun, dank upon 8,25 persen) menjadi obligasi pemerintah yang paling aktif diperdagangkan senilai Rp 380 miliar dengan frekuensi 60 kali transaksi. Sedangkan untuk obligasi subordinasi II Bank CIMB Niaga tahun 2010 (tenor 9,08 tahun dank upon 10,85 persen) menjadi obligasi korporasi yang paling aktif diperdagangkan dengan nilia Rp 7 miliar dan transaksi sebanyak 6 kali.

VIVA B KUSNANDAR

Berita terkait

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

30 hari lalu

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

CIMB Niaga mendorong masyarakat untuk giat berinvestasi, salah satunya dengan menempatkan dana dengan nominal paling terjangkau mulai dari Rp 10 ribu.

Baca Selengkapnya

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

3 Februari 2024

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

ORI025 menggunakan jenis kupon tetap atau fixed rate

Baca Selengkapnya

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

24 Januari 2024

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

DBS Group Research memproyeksikan investasi aset-aset yang berisiko lebih menjanjikan. Obligasi korporasi dengan peringkat A atau BBB yang terbaik.

Baca Selengkapnya

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

9 Januari 2024

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

OJK optimistis industri pasar modal Indonesia masih tumbuh luas untuk semakin memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

29 Desember 2023

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

Ekonom senior Indef Aviliani mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan hanya 4 persen.

Baca Selengkapnya

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

19 Desember 2023

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

Stafsus Erick Thohir menanggapi kreditur obligasi Waskita Karya yang belum menyetujui skema restrukturisasi.

Baca Selengkapnya

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

14 Desember 2023

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

Ruang bagi Otorita IKN Nusantara menerbitkan obligasi dan sukuk sudah terbuka dengan adanya klausul dalam revisi UU IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

30 November 2023

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menjelaskan bahwa pengurus AAJI selalu menyampaikan prinsip kehati-hatian dalam tata kelola investasi kepada anggotanya.

Baca Selengkapnya

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

30 November 2023

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

Waskita Karya mengalami masalah keuangan yakni gagal bayar bunga dan pelunasan obligasi perseroan.

Baca Selengkapnya

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

28 November 2023

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. berpotensi bakal delisting saham dari BEI karena beberapa alasan. Apa saja penyebabnya?

Baca Selengkapnya