Banyak Hajatan, Inflasi di Yogya Naik 0,3 Persen

Reporter

Editor

Rabu, 23 November 2011 16:04 WIB

TEMPO/Kink Kusuma Rein

TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Bulan Besar--untuk masyarakat Jawa--dianggap sebagai bulan paling baik menggelar hajatan pernikahan. Bulan kalender Jawa itu bertepatan dengan November ini.

Di Yogyakarta banyak hajatan pernikahan digelar berbarengan mengakibatkan kenaikan harga-harga barang dan jasa. Inflasi naik karena pada musim penghujan ini pasokan kebutuhan pokok menurun, sedangkan permintaan tinggi.

Laju inflasi di Yogyakarta pada bulan November ini diperkirakan sebesar 0,3 persen sampai 0,6 persen. Lebih tinggi dibanding Oktober lalu yang hanya sebesar 0,19 persen.

“Pada kelompok volatile food beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga adalah beras, daging ayam ras, telur ayam ras, cabai merah, cabai rawit, tomat sayur, dan kacang panjang,” kata Fadil Nugroho, Peneliti Muda Senior Bank Indonesia Yogyakarta, Rabu 23 November 2011.

Ia menjelaskan terdapat gangguan pasokan dan terdapat tekanan permintaan, ditambah harga emas yang pada bulan November cenderung fluktuatif sangat mempengaruhi kenaikan inflasi.

Pantauan Tim Pengendali Inflasi (TPI) perkembangan harga-harga sampai dengan 22 November 2011 secara umum cukup banyak yang mengalami kenaikan. Khususnya pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi.

Kenaikan yang cukup tinggi terjadi pada komoditas tomat buah yang mengalami kenaikan harga hingga 61,0 persen dibanding bulan sebelumnya. Selain itu harga cabai merah mengalami kenaikan lebih dari 24 persen. Pada kelompok sandang harga emas masih mengalami kenaikan meski ada juga penurunan.

Menurut pemimpin Bank Indonesia Yogyakarta Dewi Setyowati, kenaikan harga yang cukup tinggi pada komoditas cabai karena telah musim panen sudah berakhir. Hal serupa juga terjadi pada beras yang di bulan November, Desember, dan Januari panennya minim.

Sedangkan untuk telur ayam ras jumlah produksi masih relatif stabil. Namun akibat tingginya permintaan karena cukup banyaknya hajatan di bulan November telah mendorong terjadinya peningkatan harga.

“Tapi, meski ada kenaikan harga di beberapa komoditas, ada juga yang harganya turun,” kata Dewi. Misalnya bayam, kentang, daun singkong, jeruk, dan apel.

Pada kelompok perumahan, air, listrik, dan gas, komoditas semen dan batu bata juga mengalami penurunan karena menurunnya permintaan.

Sedangkan menurut Darsono Imam Yuwono, Kepala Badan Urusan Logistik Divisi Regional Daerah Istimewa Yogyakarta, ketersediaan beras hingga saat ini 6.800 ton dan akan dikirim beras dari Jawa Timur sebesar 700 ton sebagai tambahan.

Dengan ketersediaan tersebut, total stok beras di gudang Bulog masih mencukupi untuk 3 bulan baik untuk alokasi beras miskin ke-13 maupun cadangan.

MUH SYAIFULLAH

Berita terkait

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

8 jam lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

13 jam lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

1 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

1 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

1 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

2 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

3 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

4 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

5 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

5 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya