Pengusaha Ketar-ketir Hadapi Serbuan Produk Makanan Malaysia

Reporter

Editor

Minggu, 18 September 2011 18:08 WIB

Produk minuman yang diimpor dari Taiwan. Foto: Asiaone

TEMPO Interaktif, Jakarta - Angka produk impor makanan dan minuman dari Cina dan Hong Kong menurun selama periode Januari hingga Agustus. Menurut kalangan pengusaha yang terafiliasi dalam Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), aturan pemerintah ikut mempengaruhi penurunan tersebut.

Ketentuan itu tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57 Tahun 2010. "Khususnya tentang pembatasan pelabuhan impor produk tertentu, yang semakin efektif mengendalikan masuknya produk impor makanan dari Cina dan Hong Kong," kata Sekretaris Jenderal Gapmmi, Franky Sibarani, di Jakarta, Ahad, 18 September 2011.

Sepanjang delapan bulan, impor makanan dan minuman dari Cina dan Hong Kong turun 16,8 persen. Realisasi impor pada tahun ini US$ 22,1 juta, menurun ketimbang periode yang sama tahun lalu US$ 26,6 juta. Penurunan yang sama juga berlaku terhadap total impor.

Menurut Franky, kontribusi produk impor makanan dari Cina untuk periode Januari hingga Agustus tinggal 14,2 persen. Adapun tahun lalu mencapai 19,5 persen. Total realisasi impor hingga Agustus tercatat US$ 155,7 juta, naik 14 persen daripada periode yang sama tahun lalu US$ 136,5 juta.

Kalangan pengusaha berharap aturan tersebut terus dipertahankan, termasuk meningkatkan pengawasan di daerah sepanjang perbatasan di darat dan laut dengan negara tetangga. "Di daerah masih banyak ditemukan produk makanan dan minuman ilegal," kata Franky.

Kekhawatiran pengusaha cukup beralasan. Apalagi nilai impor produk dari Malaysia terus melonjak. Realisasi impor dari negeri jiran mencapai US$ 37,9 juta atau 24,3 persen dari total impor makanan, naik dibanding kontribusi tahun lalu yang hanya 17,5 persen.

Direktur Direktorat Industri Agro Minuman dan Tembakau Kementerian Perindustrian Enny Ratnaningtyas mengingatkan ada penurunan penyerapan produk makanan lokal. "Penurunannya hanya beberapa persen, tapi terjadi intensif sejak awal tahun ini," ujarnya.

Kementerian menyimpulkan kondisi tersebut terjadi akibat desakan produk makanan yang masuk Indonesia lewat Malaysia. "Kami menduga produk itu asal Cina dan masuk lewat Malaysia. Karena di sana ada sertifikasi halal sehingga mudah menarik minat konsumen Indonesia," katanya.

FRANSISCO ROSARIANS | ADDI MAWAHIBUN IDHOM

Berita terkait

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

2 hari lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

10 hari lalu

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.

Baca Selengkapnya

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

11 hari lalu

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

Nilai transaksi potensial paviliun Indonesia di Cafex Expo 2024, Mesir, capai Rp 253 milir. Didominasi oleh produk biji kopi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

13 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

13 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

13 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

13 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

13 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

14 hari lalu

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

Delegasi Indonesia dan Tunisia membahas perjanjian perdagangan bilateral di Tangerang. Indonesia banyak mengekspor sawit dan mengimpor kurma.

Baca Selengkapnya

Intip Spesifikasi Samsung Galaxy A35 5G, Meluncur Pertengahan Maret 2024

56 hari lalu

Intip Spesifikasi Samsung Galaxy A35 5G, Meluncur Pertengahan Maret 2024

Spesifikasi Samsung Galaxy A35 5G mulai dipromosikan. Gawai ini termasuk kelas menengah, namun fiturnya lengkap dan mumpuni.

Baca Selengkapnya