Surplus Ekspor Indonesia Makin Tipis  

Reporter

Editor

Senin, 5 September 2011 14:10 WIB

Seorang pekerja sedang mengawasi pemuatan biji nikel ke ke kapal untuk di ekspor di pelabuhan Pomalaa, Sulawesi Tenggara (30/3). REUTERS/Yusuf Ahmad

TEMPO Interaktif, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus ekspor Indonesia terus tergerus dengan meningkatnya kinerja impor dari negara Cina, Singapura, dan Malaysia. Pada Juli, surplus perdagangan ekspor-impor Indonesia hanya sebesar US$ 1,3 miliar.

Padahal pada bulan sebelumnya, surplus perdagangan mencapai US$ 3 miliar. "Tapi (masih) jauh lebih bagus dibandingkan periode yang sama pada tahun 2010," ujar Kepala BPS Rusman Heriawan saat mengumumkan kinerja ekspor-impor Juli 2011 di kantornya, Senin, 5 September 2011.

Ia mengatakan nilai ekspor pada Juli hanya mencapai US$ 17,43 miliar atau mengalami penurunan sebesar 5,23 persen dibandingkan ekspor bulan sebelumnya yang mencapai US$ 18,38 miliar. Secara komulatif, nilai ekspor selama 7 bulan terakhir mencapai US$ 116,04 miliar. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$ 92,66 miliar. "Bulan depan, ekspor diperkirakan akan kembali meningkat, terutama dari CPO," kata Rusman.

Walaupun secara komulatif ekspor meningkat, ekspor nonmigas pada bulan Juli ini mengalami penurunan sebesar 7,93 persen atau hanya US$ 13,62 miliar dibandingkan bulan Juni lalu yang sebesar US$ 14,79 miliar. Penurunan ekspor terjadi pada karet dan barang dari karet sebesar US$ 105 juta. "Namun untuk migas, Indonesia masih bisa meningkatkan ekspor minyak mentahnya," ujar Rusman.

Komoditas lain yang mengalami penurunan ekspor adalah berbagai produk kimia, mesin peralatan, bahan organik, dan alas kaki. Ekspor masih didominasi komoditas industri sebesar 60,80 persen, tambang: 16,45 persen, migas: 20,15 persen, dan pertanian: 2,60 persen. "Untuk ekspor komoditas pertanian menurun," katanya.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menargetkan ekspor Indonesia bisa mencapai US$ 200 miliar, di mana pemerintah mencari peluang pasar ke wilayah Afrika di tengah perlambatan ekonomi global. Pemerintah akan melakukan pengalihan pasar ke negara-negara yang potensial bagi produk ekspor nasional, di antaranya Nigeria, Afrika Selatan, Kenya, Tanzania, dan Angola. “Tahun ini dan awal tahun depan, kita akan lakukan misi dagang ke Afrika," kata Mari.

Barang yang akan ditawarkan Indonesia ke negara Afrika di antaranya kelapa sawit, produk barang konsumsi, manufaktur, pakaian jadi, makanan, obat-obatan, otomotif, dan elektronik, serta komoditas jasa konstruksi dengan target pertumbuhan pasar ke kawasan tersebut mencapai 20-30 persen.

ALWAN RIDHA RAMDANI

Berita terkait

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

4 jam lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

7 jam lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

7 hari lalu

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

Nilai transaksi potensial paviliun Indonesia di Cafex Expo 2024, Mesir, capai Rp 253 milir. Didominasi oleh produk biji kopi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

10 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

10 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

10 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

10 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

10 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

10 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

10 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya