TEMPO Interaktif, Jakarta -Pemerintah berjanji tidak akan menambah utang untuk menutup penambahan defisit tahun ini. Saldo Anggaran Lebih (SAL) akan digunakan untuk menutup defisit.
“Belum ada rencana penambahan utang,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Bambang Brodjonegoro di gedung DPR, Selasa 21 Juni 2011 malam.
Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang menyebutkan sampai akhir Mei lalu, total utang pemerintah pusat sebesar Rp 1.716 triliun atau US$ 200 miliar. Naik 31,7 persen dari posisi akhir 2006.
Defisit tahun ini diperkirakan akan membengkak akibat adanya penambahan subsidi listrik dan bahan bakar minyak. Dalam APBN 2011, defisit diproyeksikan sebesar 1,8 persen dari produk domestik bruto.
Bambang enggan menjelaskan lebih detail berapa penambahan subsidi BBM. Menurut dia hal ini masih harus diputuskan di di sidang kabinet. “Angka-angkanya masih off the record. Saya tidak mau bikin pasar bergejolak,” ujarnya.
Penggunaan SAL untuk menutup defisit masih memerlukan persetujuan DPR. Ini merupakan cara pemerintah untuk melakukan pembiayaan non-utang. SAL berasal dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) tahun tertentu yang setelah diaudit menjadi SAL.
Utang Pemerintah Rp 8.253 Triliun Diklaim Aman, Politikus PKS: Beban Bunga Meningkat
1 Maret 2024
Utang Pemerintah Rp 8.253 Triliun Diklaim Aman, Politikus PKS: Beban Bunga Meningkat
Anggota Komisi XI DPR, Ecky Awal Mucharam, menyoroti utang pemerintah sebesar Rp 8.253 triliun per 31 Januari 2024 yang disebut aman oleh Kementerian Keuangan.
Kemenkeu Sebut Utang Pemerintah Rp 8.253 Triliun Masih Aman, Ekonom: Tidak Cukup Lihat dari Rasio terhadap PDB
1 Maret 2024
Kemenkeu Sebut Utang Pemerintah Rp 8.253 Triliun Masih Aman, Ekonom: Tidak Cukup Lihat dari Rasio terhadap PDB
Kemenkeu menyebutkan utang pemerintah sebesar Rp 8.253 triliun masih dalam rasio aman, karena di bawah ambang batas 60 persen PDB. Bagaimana pendapat ekonom?