Konsumen Minyak Dunia Panik Gara-gara Konflik Libya

Reporter

Editor

Senin, 28 Februari 2011 13:07 WIB

AP/Hussein Malla
TEMPO Interaktif, Madrid - Industri perminyakan di Libya mengalami kekacauan, dan belum ada yang dapat memastikan kapan konflik dapat berakhir. Milisi bersenjata mulai menjarah fasilitas di lapangan-lapangan minyak. Pasukan komando Inggris melancarkan serangan diam-diam untuk menyelamatkan pekerja minyak yang tersebar di penampungan-penampungan terpencil.

Pekerja di pelabuhan masih dilanda kekhawatiran terhadap serangan demonstran dan memilih tak bekerja. Sehingga kapal tanker yang digunakan mengangkut minyak mentah terbengkalai di Laut Mediterania. Eksplorasi yang tengah dilakukan perusahaan minyak Eropa ikut terhenti. Mereka memilih memulangkan pegawainya dengan selamat dan tak peduli soal minyak yang harus dipompa.

Itulah kondisi yang terjadi di Libya sepanjang pekan ini. Belum ada yang bisa menjamin keadaan akan pulih speerti sedia kala di masa mendatang. Kerusuhan di Libya terbukti menyebabkan harga minyak semakin melonjak, meskipun Arab Saudi selaku eksportir minyak terbesar dunia telah menambah jumlah ekspor minyak untuk menekan kenaikan harga.

Para ahli memperkirakan butuh waktu beberapa minggu bahkan bulan sebelum Libya akhirnya mampu untuk memproduksi dan mengekspor minyaknya seperti semula. Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan bahwa produksi minyak Libya saat ini hanya berada di 850 ribu barel per hari, jauh dari angka produksi normalnya yang mampu mencapai hingga 1,6 juta barel per hari.

Produksi minyak Libya hanya sekitar dua persen dari produksi dunia. Tapi konsumen minyak mereka berada hampir di seluruh wilayah Eropa. Eropa dipastikan paling terkena dampak akibat penurunan produksi minyak Libya, karena Eropa mengambil 85 persen jatah ekspor minyak Libya. Minyak tersebut biasanya digunakan untuk menjadi bahan bakar diesel dan kendaraan.

Konsumen terbesarnya antara lain, Italia, Prancis, Jerman, dan Spanyol. Jumat lalu, Spanyol bahkan mengingatkan rakyatnya untuk mengurangi kecepatan berjalan kendaraan untuk menghemat bahan bakar. Repsol YPF, perusahaan minyak Spanyol, juga mengumumkan telah menghentikan operasi ladang minyak di Libya.

Lapangan minyak yang dioperasikan perusahaan lain pun diketahui hanya mampu menghasilkan minyak kurang dari separuh produksi normal mereka, atau hanya 160 ribu barel per hari. Selain produksi minyak yang lumpuh, pipa gas alam bawah tanah sepanjang 640 kilometer di Mediterania yang memanajng dari Libya menuju Sisilia juga tak beroperasi selama sepekan.

Tanpa kawalan pemiliknya, perusahaan energi Italia Eni SpA, belum dapat memastikan kapan pipa beroperasi kembali. "Pelabuhan di Libya saat ini tertutup karena cuaca buruk, pekerja yang kurang, serta tak ada produksi minyak," ujar Badan Energi Internasional. Padahal, pelabuhan kunci untuk mendistribusikan minyak mentah dari Libya.

Perusahaan kapal yang biasa mengangkut produksi minyak Libya turut menunda kegiatannya sampai batas waktu yang belum ditentukan. Bahkan, kapal tanker untuk mengantar minyak ke Eropa masih berada di jarak 200 kilometer dari pelabuhan Libya. Mereka menanti informasi kapan waktu yang aman untuk melakukan transaksi pengangkutan dan pengiriman minyak.

Mohammed Al Katiri, analis Timur Tengah dari Kelompok Konsultasi Eurasia, memperkirakan butuh waktu setidaknya empat hingga enam bulan untuk meredakan konflik di Libya. Mengabaikan lapangan-lapangan minyak yang ada, justru diperkirakan akan menambah masalah keamanan negara tersebut.

Contohnya di Nigeria. Pengabaian ladang minyak kerap dimanfaatkan pihak tak bertanggungjawab untuk menyabotase pipa operasi dan mencuri minyak. Sehingga, korban berjatuhan akibat tindakan ceroboh itu. Satu-satunya pertanda positif, baik rezim Muammar Qadhafi maupun pemberontak ingin segera mengoperasikan kembali ladang minyak yang terbengkalai.

Bagaimanapun mereka tetap ingin mengelola kekayaan LIbya. "Qadhafi membutuhkan uang membayar tentara dan sekutunya agar tetap setia dan melawan pemberontak," tutur El-Katiri. Sementara itu, pihak pemberontak juga tak akan mengasingkan pemerintahan Barat yang selama ini bergantung pada minyak Libya. Lagipula, oposisi dan pemberontak membutuhkan dana memperkuat diri menghadapi serangan kelompok Qadhafi.

AP | GUSTIDHA BUDIARTIE

Berita terkait

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

2 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

8 hari lalu

Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

Senior Fellow CIPS Krisna Gupta mengatakan ekskalasi konflik Iran-Israel bisa berdampak pada inflasi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

9 hari lalu

Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

Harga minyak dunia melonjak jadi US$ 89 (Brent) dan US$ 84 (WTI) per barel pada Jumat, 19 April 2024, seiring memanasnya konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

10 hari lalu

Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

Harga emas Antam per 1 gram hari ini ada pada level Rp 1.335.000. Harga ini naik Rp 14 ribu dibanding perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

10 hari lalu

Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

Harga minyak dunia cenderung naik gara-gara konflik Iran - Israel dan penguatna dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

8 Januari 2024

Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

Harga minyak dunia turun dalam perdagangan awal pekan, 8 Januari 2024. Kenaikan harga terjadi karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru

5 Januari 2024

Harga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru

Harga minyak mentah tengah bergejolak hari ini. Apa saja penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

21 Juni 2023

Harga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

Harga minyak mentah berjangka jeblok pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, 21 Juni 2023. Apa saja faktor pemicunya?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?

7 Juni 2023

Harga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?

Harga minyak dunia terus berfluktuasi, namun belakangan mengalami tren penurunan. Apakah harga Pertalite juga akan diturunkan seperti Pertamax?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Buntut Arab Saudi Pangkas Produksi Mulai Juli Mendatang

6 Juni 2023

Harga Minyak Dunia Naik, Buntut Arab Saudi Pangkas Produksi Mulai Juli Mendatang

Kementerian Arab Saudi menyampaikan akan menurunkan produksi minyak mentah menjadi 9 juta barel per hari pada Juli mendatang.

Baca Selengkapnya