Harga Busana Bakal Naik Sepuluh Persen

Reporter

Editor

Rabu, 16 Februari 2011 13:16 WIB

.
TEMPO Interaktif, New York - Pecinta mode yang selalu mengikuti perkembangan busana siap-siap menambah pagu anggarannya. Seiring dengan pulihnya perekonomian global dan meningkatnya permintaan, harga bahan-bahan baku serta biaya tenaga kerja juga meningkat, yang membuat produsen dan pengecer kewalahan menekan biaya produksi.

Dalam satu dekade terakhir, harga pakaian tidak naik signifikan lantaran inflasi rendah dan ongkos tenaga kerja di luar negeri tergolong murah. Sehingga biaya produksi dapat dikendalikan. Selama masa resesi, pengecer dan penjahit kemudian bereksperimen memanfaatkan sisa-sisa bahan untuk dijadikan pakaian agar harga tetap terjangkau.

Namun, akhir tahun lalu harga kapas naik dua kali lipat, menyentuh harga tertingginya sepanjang masa. Harga kain sintetik melonjak hingga 50 persen akibat permintaan bahan alternatif yang tinggi. "Akibatnya, harga pakaian diperkirakan naik sekitar 10 persen. Kenaikan terbesar akan terjadi di paruh kedua nanti," kata Burt Flickinger III, President of Strategic Resource Group, Selasa (15/02).

Kenaikan mulai terlihat di produk kemeja anti kerut untuk pria, milik Brook's Brother yang saat ini berharga US$ 88 dari sebelumnya US$ 79,5. Merek pakaian ternama, seperti Levi Strauss and Co , Wrangler, J.C Penney, Nike, serta produk sepatu karya Steve Madden juga berencana menaikkan harganya.

Secara spesifik, kenaikan harga diperkirakan dimulai saat pengecer busana ternama semisal J.C. Penney Co. dan Abercrombie & Fitch Co. mengumumkan hasil laporan keuangannya akhir Februari. "Harga seluruh pakaian dari setiap merek milik perusahaan kami akan naik," ujar Eric Wiseman, Chairman dan CEO of VF Corporation, produsen pakaian bermerek The North Face, Nautica, Wrangler, dan Lee.

Naiknya biaya produksi pun bakal berdampak pada proses pembuatan pakaian. Para pembuat pakaian dipastikan lebih memilih bahan-bahan sintetik seperti rayon serta mengurangi unsur hiasan seperti manik-manik dalam produk pakaiannya. Pembeli juga akan semakin sedikit memiliki pilihan variasi warna.

Penjual meragukan permintaan konsumen meningkat tajam, seperti halnya saat musim liburan mendatang, karena harga telah naik sejak awal tahun ini. Dampak paling buruk akan dirasakan para penjual yang memiliki target konsumen kalangan bawah dan menengah. "Kami terbiasa dengan deflasi selama beberapa tahun ini," kata David Bassuk, Direktur Pelaksana AlixPartners, perusahaan retail.

Harga kapas saat ini berada di puncak tertingginya sepanjang 150 tahun terakhir, dengan harga US$ 1,9 per pon (0,45 kilogram) pada Jumat lalu. Berdasarkan data International Cotton Advisory Commitee, harga itu naik dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu.

Harga tersebut hanya berbeda tipis dengan harga semasa Perang Dunia yang mencapai US$ 1,89 per pon. Naiknya harga kapas terjadi sejak Agustus tahun lalu, akibat cuaca buruk yang menyebabkan penurunan panen kapas di sejumlah negara produsen seperti Cina, Amerika Serikat, Pakistan, dan Australia.

AP | GUSTIDHA BUDIARTIE

Berita terkait

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

15 Desember 2023

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

21 Oktober 2022

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia terus menurun.

Baca Selengkapnya

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

28 September 2022

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

Luhut Binsar Panjaitan meminta Indonesia harus kompak menghadapi ancaman resesi global 2023.

Baca Selengkapnya

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

17 Februari 2020

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

Pasar saham menjadi yang paling rentan terpengaruh oleh dinamika perekonomian global yang diliputi ketidakpastian sejak awal 2020.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

24 September 2019

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

Sri Mulyani mengatakan data tersebut menyiratkan bahwa sektor pertambangan memang mengalami tekanan yang sangat dalam pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

30 Juli 2019

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

Core menyatakan kondisi perekonomian dunia hingga akhir 2019 diperkirakan tumbuh lebih lambat dibanding 2018.

Baca Selengkapnya

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

10 April 2019

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomiglobal 2019 sebanyak 0,2 persen dari angka dikeluarkan pada Januari lalu.

Baca Selengkapnya

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

27 Agustus 2018

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

Presiden Jokowi mengatakan Indonesia mesti mengandalkan kemampuannya sendiri agar aman dari dampak ketidakstabilan ekonomi dunia"Saya tanya langsung gimana kira-kira prospek pertumbuhan ekonomi maupun keadaan ekonomi global secara umum, apa saranmu kepada Indonesia? Dia ngomong tidak punya saran, semuanya sulit diprediksi. Ya artinya menurut saya internal kita sendiri yang harus diperbaiki," kata Jokowi saat menerima anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 27 Agustus 2018.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

17 Juli 2018

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

Sri Mulyani menyatakan Indonesia siap menghadapi kondisi perekonomian global tersebut.

Baca Selengkapnya

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

12 Juni 2018

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

IMF memprediksi perekonomian dunia tahun depan hanya tumbuh 3,9 persen.

Baca Selengkapnya