Harga BBM Tak Akan Dinaikkan

Reporter

Editor

Kamis, 6 Januari 2011 05:32 WIB

TEMPO/Subekti
TEMPO Interaktif, Jakarta - Menteri Keuangan Agus Martowardojo menegaskan, pemerintah tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak meskipun harga minyak mentah dunia melonjak hingga menembus US$ 93 per barel. Harga minyak dunia ini melebihi asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2011, yang dipatok sebesar US$ 80 per barel.

Menurut Agus, setiap ada kenaikan harga minyak US$ 1 di atas asumsi harga dalam anggaran negara, tambahan pengeluaran pemerintah bakal lebih besar dibanding tambahan penerimaan. Tapi pemerintah memutuskan harga minyak tidak naik karena sudah mengantisipasinya. “Hal ini pernah terjadi 2008, dan pemerintah sudah punya sistem untuk mengatasinya,” kata Agus di Jakarta kemarin.

Berdasarkan analisis pengamat perminyakan Kurtubi, harga minyak dunia akan terus naik hingga menembus US$ 100 per barel pada pertengahan tahun ini. Jika harga minyak menyentuh US$ 100 per barel, pemerintah diprediksi bakal menambah subsidi untuk Premium hingga Rp 15 triliun. Dia menyarankan agar pemerintah menaikkan harga Premium secara bertahap.

Menurut dia, jika harga minyak dunia US$ 100 per barel, harga bahan bakar
nonsubsidi, seperti Pertamax, bakal mencapai Rp 9.500 per liter. Adapun bahan bakar bersubsidi jenis Premium sekitar Rp 8.000. Namun, jika harga minyak dunia masih US$ 90 per barel, harga jual Premium akan berkisar Rp 6.500. “Ini tidak ada subsidi,” katanya. Harga jual ini didapat jika nilai tukar dolar AS Rp 9.000 per dolar.

Melihat gejolak harga minyak dunia, Wakil Ketua Komisi Keuangan DPR Harry Azhar Azis meminta pemerintah tidak tergesa-gesa mengatakan harga bahan bakar minyak tidak naik. Jika selisih harga dinilai sudah cukup membebani anggaran negara, pemerintah diminta menyesuaikan harga. “Pemerintah bisa mengajukan revisi anggaran negara,” katanya.

Dia mencontohkan pengajuan revisi anggaran negara pada Mei saat Sri Mulyani menjadi Menteri Keuangan karena terjadi lonjakan harga minyak dunia. Pengajuan revisi lebih awal dibanding biasanya pada pertengahan tahun bisa dilakukan jika harga minyak dunia melebihi asumsi.

Harry mengatakan, harga minyak dunia yang sudah di atas US$ 90 per barel bakal memunculkan defisit anggaran yang lebih besar. Sebab, selisih ekspor dan impor minyak menggunakan harga aktual minyak. Defisit anggaran yang makin besar akan menyulitkan pemeriksaan keuangan anggaran negara di masa mendatang.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A. Sarwono berharap harga minyak mentah dunia masih sesuai dengan asumsi dalam anggaran negara. Apalagi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) sedang membahas kemungkinan peningkatan produksi untuk menstabilkan harga. “Mudah-mudahan masih bisa sesuai asumsi dalam anggaran negara,” katanya.

Menurut Hartadi, gejolak harga minyak dunia ini menjadi fokus perhatian bank sentral, terutama jika ketidakstabilan harga masih terus berlanjut. Bank sentral khawatir kondisi ini berimbas pada kenaikan harga bahan bakar minyak dalam negeri. Apalagi pemerintah berencana mencabut subsidi bahan bakar minyak melalui kebijakan pembatasan konsumsi bahan bakar.

Iqbal muhtarom | Febriana Firdaus

Berita terkait

Daya Beli Masih Lemah, Komisi VII DPR Minta Kaji Penghapusan BBM Premium

24 November 2020

Daya Beli Masih Lemah, Komisi VII DPR Minta Kaji Penghapusan BBM Premium

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengingatkan agar pemerintah tidak menerapkan penghapusan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium.

Baca Selengkapnya

Ini Akibatnya Jika Mobil Diisi Bensin dengan RON Rendah

30 September 2020

Ini Akibatnya Jika Mobil Diisi Bensin dengan RON Rendah

Hal paling sering dijumpai ketika mobil diisi dengan bahan bakar RON rendah (misalnya RON 88), mesin akan knocking atau mengelitik.

Baca Selengkapnya

Konsumsi BBM Turun 8 Persen Akibat Work From Home

26 Maret 2020

Konsumsi BBM Turun 8 Persen Akibat Work From Home

Pertamina mencatat terjadi penurunan konsumsi BBM terkait kebijakan work from home.

Baca Selengkapnya

Garda Revolusi Iran Bakal Bertindak Jika Demonstrasi Berlanjut

19 November 2019

Garda Revolusi Iran Bakal Bertindak Jika Demonstrasi Berlanjut

Warga Iran turun ke jalan memprotes kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak hingga 50 persen dan membatasi pembeliannya.

Baca Selengkapnya

Bos Baru Shell Siapkan Strategi Pengembangan Bisnis SPBU

25 September 2019

Bos Baru Shell Siapkan Strategi Pengembangan Bisnis SPBU

Shell, perusahaan energi Internasional resmi menunjuk Waqar Siddiqui sebagai Direktur Retail Shell Indonesia yang baru

Baca Selengkapnya

Bakamla RI Tangkap Empat Kapal Pengangkut BBM Ilegal

20 Agustus 2019

Bakamla RI Tangkap Empat Kapal Pengangkut BBM Ilegal

Dari pemeriksaan diketahui nakhoda bahwa kapal mendapatkan BBM sebanyak 300 ton dari kapal tanker di Palembang tanpa dokumen yang sah.

Baca Selengkapnya

Subsidi BBM Solar Tahun Ini Diprediksi Membengkak

27 Juni 2019

Subsidi BBM Solar Tahun Ini Diprediksi Membengkak

Realisasi konsumsi solar sampai dengan April 2019 telah mencapai sebesar 5,07 juta kl atau setara dengan 35 persen pagu.

Baca Selengkapnya

Harga Pertamax Naik, ESDM Yakin Konsumen Tak Beralih ke Premium

5 Juli 2018

Harga Pertamax Naik, ESDM Yakin Konsumen Tak Beralih ke Premium

Konsumen Pertamax diyakini tak akan balik lagi mengkonsumsi premium.

Baca Selengkapnya

Posko ESDM: Konsumsi BBM Bensin Naik 12 Persen saat Ramadan 2018

2 Juli 2018

Posko ESDM: Konsumsi BBM Bensin Naik 12 Persen saat Ramadan 2018

Sementara itu, BBM jenis gasoil (solar) terjadi penurunan pendistribusian.

Baca Selengkapnya

2018, AKR Bakal Bangun 7 Pompa Bensin di Wilayah 3T

10 November 2017

2018, AKR Bakal Bangun 7 Pompa Bensin di Wilayah 3T

Demi mendukung program BBM satu harga, AKR akan membangun 7 SPBKB di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T).

Baca Selengkapnya