Ide Menghapus Cabai dari Inflasi Dikritik

Reporter

Editor

Senin, 3 Januari 2011 07:14 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Usul Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati agar Badan Pusat Statistik (BPS) menghapus cabai merah dan cabai merah keriting dari komoditas inflasi dikritik beberapa ekonom. Usul tersebut dinilai bukan solusi mengendalikan inflasi.

"Harga cabai tak dapat dihilangkan sama sekali dari penghitungan inflasi," kata ekonom Universitas Indonesia, Ninasapti Triaswati kepada Tempo kemarin. Menurut dia, cabai merupakan barang yang memang dibeli oleh masyarakat sehingga harus ada dalam komponen inflasi.

"Mungkin bobotnya saja yang harus diubah, diperkecil," kata Nina.
Jika cabai merupakan barang konsumsi utama rumah tangga di Indonesia, bobotnya akan menjadi lebih besar. Sebaliknya, bobot cabai akan menjadi kecil jika tak banyak dikonsumsi.

Dia menyarankan pemerintah memperhatikan tata niaga cabai dengan memperpendek jalur distribusi. "Kenaikan harga cabai tak muncul dari petani, tapi dari pedagang. Artinya, ada masalah dalam sistem distribusinya," kata Nina.

Ide Anny juga ditolak oleh ekonom Mandiri Sekuritas, Destry Damayanti. Ia berpendapat cabai adalah barang konsumsi utama masyarakat.

Naiknya inflasi karena harga cabai, kata Destry, merupakan inflasi lantaran volatile price yang besarnya bisa belasan persen. Adapun inflasi inti yang timbul akibat aktivitas ekonomi stabil pada kisaran 4,5 persen.

"Faktor terbesar inflasi muncul karena masalah distribusi makanan," kata dia. Karena itu, untuk mengerem inflasi, pemerintah harus menjaga stabilitas antara pasokan dan permintaan bahan pangan.

Sebaliknya, pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Khudori, mendukung usul pemerintah tersebut. Alasannya, pengeluaran rumah tangga untuk cabai relatif kecil.

"Pada rumah tangga bawah, 40 persen pengeluaran untuk membeli beras, 17 persen membeli gandum dalam bentuk mi instan," ujarnya.

Saat menghadiri acara penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia, Kamis pekan lalu, Anny meminta BPS menghapus cabai dari komponen inflasi.

Anny mengungkapkan, kenaikan harga cabai dalam dua bulan terakhir telah mendongkrak nilai inflasi karena harganya selalu meningkat tak wajar saat Lebaran dan mudah dipengaruhi cuaca.

Dia percaya, penghilangan dua komoditas cabai itu tak akan berpengaruh negatif terhadap penghitungan inflasi. "Kalau dua macam cabai itu dihilangkan, tidak akan membuat menderita toh?" kata Anny.

Data Kementerian Perdagangan menyebutkan, harga rata-rata nasional cabai merah keriting per 1 Desember sebesar Rp 26.080 per kilogram. Sedangkan harga per 31 Desember Rp 44.453 per kilogram atau naik 70,4 persen.

Pada November 2010, cabai merah menyumbang 0,1 persen dari total 0,6 persen inflasi. Inflasi merupakan indikator perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat berdasarkan harga 774 komoditas. Cabai masuk dalam kelompok barang dan jasa yang harganya sangat bergejolak (volatile good) bersama 54 komoditas lainnya.

FAMEGA SYAVIRA | EFRI RITONGA

Berita terkait

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

1 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Cetak Petani Milenial untuk Tangani Inflasi di Nusa Tenggara Timur

2 Maret 2024

Cetak Petani Milenial untuk Tangani Inflasi di Nusa Tenggara Timur

Kabupaten Timor Tengah Selatan NTT menginisiasi program cetak petani milenial. Mereka diajari tanam cabai hingga bawang.

Baca Selengkapnya

Mengenal Apa itu inflasi, Jenis, dan Dampaknya

17 Oktober 2023

Mengenal Apa itu inflasi, Jenis, dan Dampaknya

Inflasi adalah istilah yang merujuk pada kondisi di mana harga barang mengalami kenaikan. Berikut dampak yang ditimbulkan karena inflasi.

Baca Selengkapnya

Inflasi 15 Provinsi di Atas Nasional, Jokowi Minta Pemda Rajin Cek ke Lapangan

31 Agustus 2023

Inflasi 15 Provinsi di Atas Nasional, Jokowi Minta Pemda Rajin Cek ke Lapangan

Jokowi menyebutkan terdapat 15 provinsi dan kabupaten/kota yang laju inflasinya di atas tingkat nasional meskipun sudah di bawah 5 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Catat Permintaan Domestik Dorong Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2023

1 Agustus 2023

Sri Mulyani Catat Permintaan Domestik Dorong Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2023

Perekonomian triwulan II 2023, kata Sri Mulyani diprakirakan masih tumbuh kuat, ditopang peningkatan konsumsi rumah tangga dan tren ekspansif aktivitas manufaktur.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Inflasi Kembali ke Sasaran, Lebih Cepat dari Perkiraan

1 Agustus 2023

Sri Mulyani: Inflasi Kembali ke Sasaran, Lebih Cepat dari Perkiraan

Sri Mulyani memperkirakan inflasi dapat tetap terkendali.

Baca Selengkapnya

Inflasi Tahunan Juli 3,08 Persen, Sektor Transportasi, Makanan dan Rokok Penyumbang Terbesar

1 Agustus 2023

Inflasi Tahunan Juli 3,08 Persen, Sektor Transportasi, Makanan dan Rokok Penyumbang Terbesar

BPS mencatat inflasi tahunan pada Juli 2023 sebesar 3,08 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Prediksi Inflasi Tahunan 3,6 Persen: El Nino Perlu Diantisipasi dengan Hati-hati

31 Juli 2023

Ekonom Prediksi Inflasi Tahunan 3,6 Persen: El Nino Perlu Diantisipasi dengan Hati-hati

Ekonom dari Bank Mandiri, Faisal Rachman, memperkirakan inflasi tahunan terus menurun sepanjang paruh kedua 2023.

Baca Selengkapnya

ASDP Jelaskan Faktor Pembentuk Tarif Baru Angkutan Penyeberangan yang Mulai Berlaku 3 Agustus

30 Juli 2023

ASDP Jelaskan Faktor Pembentuk Tarif Baru Angkutan Penyeberangan yang Mulai Berlaku 3 Agustus

PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) menerapkan penyesuaian tarif angkutan pada 29 lintasan penyeberangan di seluruh Indonesia.

Baca Selengkapnya

BPS Catat Inflasi Tahunan Juni 2023 3,52 Persen, Terendah sejak April 2022

3 Juli 2023

BPS Catat Inflasi Tahunan Juni 2023 3,52 Persen, Terendah sejak April 2022

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi secara tahunan atau year on year pada periode Juni 2023 sebesar 3,52 persen.

Baca Selengkapnya