Lokasi pengolahan minyak mentah yang beroperasi di Refinery Unit (RU-5), Balikpapan, Kalimantan Timur. ANTARA/Yudhi Mahatma
TEMPO Interaktif, Jakarta -Harga minyak dunia yang melambung mendekati US$ 100 per barel membuat Dewan Perwakilan Rakyat khawatir. Pemerintah harus sukses menjalankan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi jika tak ingin ada pembengkakan anggaran di tahun depan. "Perhatian kami adalah bagaimana pemerintah menjaga anggaran subsidi tak bertambah," ujar Anggota Komisi Keuangan DPR dari Fraksi Partai Golkar, Harry Azhar Aziz di Jakarta, Senin (27/12).
Kenaikan harga minyak dunia sebesar 15-25 persen, menurut Harry, masih bisa diakomodasi oleh anggaran. Syaratnya program pembatasan BBM bersubsidi pada Maret tahun depan berhasil sehingga menyisakan ruang pengematan.
Sejauh ini, dia menilai pemerintah belum selesai menggarap pembatasan konsumsi pada akhir kuartal pertama nanti. "Dikhawatirkan pola pembatasan gagal karena pemerintah tidak siap," ujar dia. Mengenai perubahan asumsi minyak bumi serta lifting minyak, Harry menunggu inisiatif dari pemerintah.
Praktisi dan pengamat perminyakan dunia memperkirakan kenaikan harga minyak tahun depan berkisar antara US$ 100 hingga US$ 150 per barel. Pemerintah sendiri dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menetapkan besar anggaran subsidi BBM sebesar Rp 95,9 triliun dengan asumsi ICP sebesar US$ 80 per barel.
Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?
8 Januari 2024
Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?
Harga minyak dunia turun dalam perdagangan awal pekan, 8 Januari 2024. Kenaikan harga terjadi karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC.