Bank Indonesia Protes Hasil Audit BPK

Reporter

Editor

Senin, 27 Oktober 2003 14:15 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Anwar Nasution menyatakan keberatan atas hasil audit investigasi Badan Pemeriksa Keuangan yang menyebut telah terjadi penyimpangan dana rekening 502 milik pemerintah sebesar Rp 20,9 triliun.

"Kami sudah sampaikan surat keberatan itu pada 4 Juli 2003 lalu," katanya di depan Panitia Anggaran DPR saat pembahasan APBN Perubahan, Rabu (27/8).

Dalam keterangan pers BPK Jumat pekan lalu, keterangan bank sentral itu tak disertakan dalam proses audit. Menurut Anwar, tak ada yang salah dengan pengeluaran dana dari rekening atas nama Menteri Keuangan. "Kami akan jalaskan secara komprehensif di hadapan Komis IX," katanya.

Anwar mengungkapkan, setidaknya ada tiga poin yang dipermasalahkan oleh BPK dalam auditnya. Tambahan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia sebesar Rp 14,4 triliun tidak layak dibebankan kepada pemerintah melalui rekening 502. BI berpendapat, jumlah itu merupakan kelanjutan kebijakan sebelumnya yang sama seperti BLBI Rp 144,5 triliun yang sudah disepakati oleh pemerintah dan DPR.

"Jadi penggunaan rekening 502 sudah sah sesuai tujuannya," katanya.

Hal lainnya, BPK menilai rekening 502 tidak layak dibebani pembayaran kewajiban interbank debt exchange offer (EOP) sebesar Rp 2,4 triliun dengan alasan tidak memenuhi persyaratan dalam EOP, serta dokumen penyelesaiannya belum ada. BI berpendapat, program EOP ditujukan untuk mencegah krisis perbankan lebih meluas pada 1998 akibat bank-bank tak sanggup membayar pinjaman luar negeri.

Advertising
Advertising

Selain Rp 2,4 triliun porsi BI, sebesar Rp 0,8 trilun dipergunakan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Sehingga, jumlah totalnya mencapai Rp 3,2 triliun. Anwar mengatakan, untuk mengklarifikasi jumlah tersebut, pihaknya sedang mengkonfirmasi pada konsultan Ernst & Young, sebagai lembaga yang melakukan rekonsiliasi program EOP.

Hal ketiga, BPK mempermasalahkan pembayaran penjaminan Bank Perkreditan Rakyat sebesar Rp 116,1 triliun. Dari jumlah itu, BPK menilai Rp 27.417 juta tidak sah pembayarannya dibebankan kepada rekening 502. BI menanggapi bahwa pengeluaran dana Rp 26,47 miliar dikeluarkan rekening 502 untuk membayar BPR PT Cipto Arta Lestari di Sidoarjo.

Pengeluaran itu didasarkan atas keputusan pengadilan negeri Surabaya tanggal 17 Juni 1999 yang memerintakan pemerintah menalangi BPR PT Cipto karena bangkrut. "Ini nasabahnya wong cilik," katanya. Sehingga pengeluaran dana tersebut dari 502 sudah sah sesuai penggunaannya. Tapi Anwar tak menjelaskan kemana uang lebih sebesar Rp 1 miliar yang terkena audit BPK itu.

bagja hidayat Tempo News Room

Berita terkait

Macam Masalah pada Leher dan Cara Mengatasi

9 menit lalu

Macam Masalah pada Leher dan Cara Mengatasi

Pegal pada leher sering mengganggu aktivitas sehari-hari sehingga penting untuk mendeteksi penyebabnya terlebih dulu dengan memahami cara penanganan.

Baca Selengkapnya

Timnas U-23 Indonesia Witan Sulaeman Punya Ritual Telpon Orang Tuan Sebelum Bertanding

12 menit lalu

Timnas U-23 Indonesia Witan Sulaeman Punya Ritual Telpon Orang Tuan Sebelum Bertanding

Saat ini Witan Sulaeman dan para pemain timnas U-23 Indonesia tengah berlaga di Piala Asia U-23 2024.

Baca Selengkapnya

Pelindo Layani 2,2 Juta Orang Saat Mudik Lebaran 2024

14 menit lalu

Pelindo Layani 2,2 Juta Orang Saat Mudik Lebaran 2024

Sebanyak 2.260.360 orang tercatat menggunakan layanan kepelabuhanan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo di 63 terminal penumpang selama periode libur panjang Lebaran, pada 26 Maret - 26 April 2024.

Baca Selengkapnya

2.089 Peserta Akan Ikuti UTBK SNBT di Itera, Ini Ketentuannya dari Panitia

24 menit lalu

2.089 Peserta Akan Ikuti UTBK SNBT di Itera, Ini Ketentuannya dari Panitia

Sebanyak 2.089 peserta akan mengikuti UTBK SNBT 2024 di Institut Teknologi Sumatera atau Itera, besok.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Pertanyakan Benih Padi Cina Mampu Taklukkan Lahan Kalimantan

28 menit lalu

Peneliti BRIN Pertanyakan Benih Padi Cina Mampu Taklukkan Lahan Kalimantan

BRIN sampaikan bisa saja padi hibrida dari Cina itu dicoba ditanam. Apa lagi, sudah ada beberapa varietas hibrida di Kalimantan. Tapi ...

Baca Selengkapnya

5 Perbedaan Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan

30 menit lalu

5 Perbedaan Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan

Ini perbedaan Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan dilihat dari pengertian, tujuan, manfaat, kepesertaan, hingga besaran iuran.

Baca Selengkapnya

Partai Gelora Tolak PKS Gabung Kubu Prabowo, PKB Ogah Ikut-ikutan

33 menit lalu

Partai Gelora Tolak PKS Gabung Kubu Prabowo, PKB Ogah Ikut-ikutan

Aboe Bakar mengatakan PKS ingin berbuat sesuatu bagi bangsa Indonesia setelah dua periode atau 10 tahun berada di luar pemerintahan.

Baca Selengkapnya

Kiper Timnas U-23 Indonesia Ernando Ari Minta Doa ke Ibunya sebelum Laga Semifinal Piala Asia U-23 2024 Lawan Uzbekistan

36 menit lalu

Kiper Timnas U-23 Indonesia Ernando Ari Minta Doa ke Ibunya sebelum Laga Semifinal Piala Asia U-23 2024 Lawan Uzbekistan

Ibu kiper timnas U-23 Indonesia, Ernando Ari, Erna Yuli Lestari, mengungkapkan bahwa anaknya menelponnya meminta didoakan menjelang pertandingan.

Baca Selengkapnya

The Problematic Constitutional Court Ruling

36 menit lalu

The Problematic Constitutional Court Ruling

The drama behind the Constitutional Court's ruling over the presidential election dispute.

Baca Selengkapnya

Cerita Korban Gempa Garut Bertahan di Rumahnya yang Rawan Roboh

37 menit lalu

Cerita Korban Gempa Garut Bertahan di Rumahnya yang Rawan Roboh

Korban gempa Garut bertahan di rumah mereka yang rawan roboh karena tidak ada tempat pengungsian.

Baca Selengkapnya