Indonesia Masih Seksi di Mata Investor Minyak

Reporter

Editor

Rabu, 19 Mei 2010 16:25 WIB

AP/Hasan Jamali
TEMPO Interaktif, Jakarta - Indonesia masih menjadi daerah tujuan investasi minyak dan gas bumi yang menarik bagi sebagian besar kontraktor khususnya investor dari luar negeri. Selain memiliki sumber daya alam tambang melimpah yang belum dieksplorasi seluruhnya, permintaan energi global juga masih tinggi.

“Permintaan dunia terhadap minyak dan gas semakin meningkat. Ditambah perkembangan teknologi di bidang eksplorasi dan eksploitasi migas yang semakin maju, investasi masih menjanjikan,” kata Terry S. McPhail, President and General Manager ExxonMobil Affiliates in Indonesia di Jakarta, Rabu (19/5).

Hal itu dibenarkan oleh Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) R. Priyono. BP Migas mengakui masih membutuhkan kontraktor migas andal untuk mengoptimalkan eksplorasi migas. “Sumber daya alam tambang di Indonesia sangat melimpah, tentu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Karena itu operator migas yang kompeten masih sangat diperlukan,” katanya.

Priyono menambahkan, investasi diperlukan untuk menemukan cadangan migas baru. Dilihat dari data geologis, ujarnya, industri migas di Indonesia masih sangat atraktif, karena masih banyak cadangan migas yang masih dapat dieksplorasi.

Cadangan minyak Indonesia tahun lalu mencapai 7,9 miliar barel, 4,3 miliar barel di antaranya cadangan minyak terbukti. Sedangkan cadangan gas yang dimiliki Indonesia pada 2009 sebanyak 159 triliun kaki kubik (TCF), sebesar 107 TCF di antaranya berupa cadangan gas terbukti. “Keduanya ditemukan di Indonesia bagian Barat dan Tengah,” ujar Priyono.

Biaya produksi minyak dan gas di Indonesia juga jauh lebih murah dibandingkan biaya produksi rata-rata dunia. Pada 2009, kata Priyono, untuk memproduksi minyak per barel diperlukan biaya US$ 11,95, sedangkan biaya produksi dunia mencapai US$ 34,34 per barel.

Priyono sepakat dengan pernyataan Wakil Presiden Boediono bahwa sektor hulu migas tidak hanya berperan sebagai pengeruk pendapatan dan devisa bagi negara, namun juga sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi masyarakat. “Penerimaan negara dari migas pada 2009 mencapai US$ 19.832,93 juta, dan memenuhi 30 persen dari pendapatan negara,” ujar dia.

Menurut Terry S. McPhail, untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif Indonesi perlu melakukan beberapa hal seperti menciptakan stabilitas fiskal, menentukan harga yang kompetitif di tingkat regional, dan menciptakan pemerintahan yang transparan. “Kami juga memerlukan kebijakan di sektor migas yang efisien, transparan, dan kebijakan terkait pajak serta insentif,” ujarnya.

MAHARDIKA SATRIA HADI

Berita terkait

Pemerintah Didorong Segera Rampungkan Revisi UU Migas

3 Oktober 2017

Pemerintah Didorong Segera Rampungkan Revisi UU Migas

Pemerintah diminta segera mengambil sikap ihwal revisi Undang-undang Minyak dan Gas. Pengurus Serikat Pekerja Satuan Kerja Khusus Migas Bambang Dwi Djanuarto?menilai pemerintah kurang responsif dalam menyelesaikan revisi UU Migas.

Baca Selengkapnya

Penjelasan ExxonMobil Mundur dari Konsorsium Gas Natuna

19 Juli 2017

Penjelasan ExxonMobil Mundur dari Konsorsium Gas Natuna

Kementerian ESDM menjelaskan alasan ExxonMobil mundur dari konsorsium penggarap lapangan gas di perairan Natuna.

Baca Selengkapnya

Exxon Mundur dari Konsorsium Blok East Natuna

19 Juli 2017

Exxon Mundur dari Konsorsium Blok East Natuna

Selain Exxon, konsorsium perusahaan pengelola Blok East Natura
terdiri dari PT Pertamina (Persero) dan PTT EO (Thailand).

Baca Selengkapnya

Dinilai Tak Ekonomis, ExxonMobil Akan Hengkang dari East Natuna

18 Juli 2017

Dinilai Tak Ekonomis, ExxonMobil Akan Hengkang dari East Natuna

Dari kajian yang diselesaikan pada Juni 2017 itu didapatkan
bahwa proyek pengembangan gas East Natuna tidak layak
investasi.

Baca Selengkapnya

Begini ExxonMobil Buktikan Komitmen Berbisnis di Indonesia

28 April 2017

Begini ExxonMobil Buktikan Komitmen Berbisnis di Indonesia

ExxonMobil Lubricants Indonesia berpartisipasi dalam Indonesia
Truckers Club TalkBiz 2017 sebagai bentuk komitmen perusahaan
di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Biaya Produksi Minyak Blok Cepu US$ 2,4 Per Barel

19 April 2017

Biaya Produksi Minyak Blok Cepu US$ 2,4 Per Barel

Biaya produksi minyak mentah di Blok Cepu dinilai lebih ekonomis.

Baca Selengkapnya

Uji Coba, Produksi Minyak Banyu Urip Exxon 200 Ribu Barel

19 April 2017

Uji Coba, Produksi Minyak Banyu Urip Exxon 200 Ribu Barel

ExxonMobil Cepu limited memastikan hasil uji coba produksi
minyak mentah di lapangan Banyuurip, salah satu kawasan blok
Cepu meningkat.

Baca Selengkapnya

ExxonMobil Tuntaskan Akuisisi InterOil Pekan Ini

21 Februari 2017

ExxonMobil Tuntaskan Akuisisi InterOil Pekan Ini

Pemegang saham InterOil Corporation akhirnya menyetujui rencana penjualan ke ExxonMobil Corporation dengan nilai US$2,5 miliar.

Baca Selengkapnya

Revisi UU Migas Akan Atur Badan Usaha Khusus Migas

19 Februari 2017

Revisi UU Migas Akan Atur Badan Usaha Khusus Migas

Badan Usaha Khusus ini, menurut Kurtubi, berbeda dengan Badan Usaha Milik Negara atau BUMN.

Baca Selengkapnya

Kapasitas Produksi Blok Cepu Ditargetkan Naik 20 Persen

21 Januari 2017

Kapasitas Produksi Blok Cepu Ditargetkan Naik 20 Persen

Saat ini produksi Blok Ceput mencapai 185 ribu barel per hari.

Baca Selengkapnya