Produk Indonesia Terancam Peraturan Impor Eropa

Reporter

Editor

Selasa, 9 Maret 2010 14:55 WIB

Aktivitas di pelabuhan petikemas Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta (19/1). Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan 5,5%, dan dapat mencapai 6,5% pada 2011, 7% pada 2012. TEMPO/Subekti
TEMPO Interaktif, Jakarta - Negara-negara Uni Eropa menerapkan aturan impor barang-barang mengandung bahan kimia. Peraturan tersebut adalah kewajiban identifikasi produk yang masuk ke pasar Eropa lolos Registration, Evaluation, Authorization and Restriction of Chemical (REACH). Setiap produk yang masuk ke pasar Eropa harus disertai keterangan kandungan bahan kimia.

Direktur Industi Kimia Hulu, Kementerian Perindustrian, Alexander Barus mengatakan saat ini industri Indonesia belum siap menghadapi aturan REACH. "Dari seluruh industri yang telah diberikan sosialisasi mengenai REACH, baru 42 persen yang siap, sisanya belum," kata Alex dalam Seminar Diseminasi Hasil Penelitian dan Pengembangan Perdagangan, di Hotel Borobudur, Selasa (9/3).

Alex mengatakan pihaknya sudah mensosialisasikan aturan Eropa tersebut kepada 522 perusahaan.

Menurutnya, industri paling siap baru industri mesin elektrik. "Sedangkan yang paling tidak siap adalah Usaha Kecil dan Menengah," ujarnya.

Adri Yudha Wibawa, Product Development Industry Support Services Strategic Business Unit, Surveyor Indonesia menambahlan, sudah terjadi penurunan ekspor furnitur Indonesia ke Eropa. "Dari 120 kontainer per bulan menjadi 30 per bulan pada 2009," kata dia.

Adri menyebutkan, penurunan tersebut karena konsumen di Eropa meminta data uji melamin untuk furnitur berbahan baku rotan. "Namun, di Indonesia tidak aga laboratorium uji melamin, yang ada Hongkong," kata dia.

Adri lalu menjelaskan, untuk penyediaan infrastruktur laboratorium bahan kimia yang bersertifikat memang sulit. "Apalagi karena harus bersertifikat Good Laboratory Practice (GLP)," kata dia.

Adri menjelaskan, laboratorium bersertfikat GLP juga harus terkoneksi dengan laboratorium bersertifikat GLP lain di seluruh dunia. "Alangkah bagusnya bila Indonesia bisa memiliki laboratorium bersertifikat GLP. Agar tidak terjadi penurunan ekspor ke Eropa," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Ekspor Hasil Industri dan Pertambangan, Kementerian Perdagangan, Albert Tobogu menjelaskan, aturan REACH didasarkan semakin meningkatnya penggunaan bahan-bahan kimia. Dia menyebutkan, pada 2008 saja, penggunaan bahan kimia mencapai US$ 3000 miliar atau Rp 30 ribu miliar.

Namun, Albert memandang aturan REACH tidak harus memberatkan pengusaha Indonesia. Pada regulasi REACH, sebetulnya, tanggung jawab terdapat pada importir di Eropa. "Dimana importir harus bertanggungjawab penuh pada produk berbahan kimia di wilayahnya," ujarnya.

Pernyataan tersebut didukung Toga Raja Manurung, Ketua Asosiasi Eksportir Minyak Atsiri. "Karena ini aturan Eropa maka sebaiknya harus bekerjasama dengan baik dengan importir dari Eropa," kata dia.

EKA UTAMI APRILIA

Berita terkait

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

8 hari lalu

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

Nilai transaksi potensial paviliun Indonesia di Cafex Expo 2024, Mesir, capai Rp 253 milir. Didominasi oleh produk biji kopi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

10 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

10 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

10 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

10 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

10 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

11 hari lalu

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

Delegasi Indonesia dan Tunisia membahas perjanjian perdagangan bilateral di Tangerang. Indonesia banyak mengekspor sawit dan mengimpor kurma.

Baca Selengkapnya

Kemendag Optimistis Perdagangan Indonesia Kejar Vietnam jika Sepakati IEU-CEPA

57 hari lalu

Kemendag Optimistis Perdagangan Indonesia Kejar Vietnam jika Sepakati IEU-CEPA

Kementerian perdagangan sebut Indonesia bisa kalahkan Vietnam jika sudah melakukan kesepakatan perjanjian dagang dengan Uni Eropa (IEU-CEPA).

Baca Selengkapnya

Ma'ruf Amin Dorong Selandia Baru Tingkatkan Ekspor Daging Sapi dan Domba Bersertifikat Halal ke RI

28 Februari 2024

Ma'ruf Amin Dorong Selandia Baru Tingkatkan Ekspor Daging Sapi dan Domba Bersertifikat Halal ke RI

Wakil Presiden Ma'ruf Amin mendorong agar ekspor daging sapi dan domba bersertifikasi halal dari Selandia Baru ke Indonesia bisa ditingkatkan.

Baca Selengkapnya

Ganjar Janji Jadikan Sulut Pintu Keluar-Masuk Ekspor Impor dari Utara RI: Titik Pertumbuhan Ekonomi Baru

1 Februari 2024

Ganjar Janji Jadikan Sulut Pintu Keluar-Masuk Ekspor Impor dari Utara RI: Titik Pertumbuhan Ekonomi Baru

Ganjar Pranowo berjanji akan menjadikan Sulut sebagai pintu keluar masuk ekspor-impor dari wilayah utara Indonesia.

Baca Selengkapnya