BI Rate Belum Mampu Tekan Bunga Kredit  

Reporter

Editor

Senin, 8 Maret 2010 09:42 WIB

TEMPO/Panca Syurkani
TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan kebijakan Bank Indonesia untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) pada level 6,5 persen tidak akan berdampak langsung pada turunnya suku bunga kredit bank.

Ia menilai kebijakan moneter yang diterapkan Bank Indonesia saat ini kurang optimal terutama jika Bank Indonesia mengharapkan suku bunga kredit menurun. "Kebijakan Bank Indonesia tidak optimal karena hanya menurunkan suku bunga, tapi tidak menambah uang ke sistem," kata Purbaya kepada Tempo.

Pernyataan itu disampaikannya menanggapi penjabat sementara Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, yang mengatakan keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan 6,5 persen sebagai upaya mendorong penurunan bunga kredit (Sabtu, 5 Maret 2010).

Purbaya menyarankan Bank Indonesia mengurangi penjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) secara perlahan kalau menginginkan penurunan suku bunga kredit.

Menurut Purbaya, bank sentral seharusnya tetap mengacu pada hukum ekonomi pasar, yaitu hukum permintaan dan penawaran, yang sering kali diabaikannya sendiri. "Bank Indonesia seperti bereksperimen dengan teori baru yang kurang tepat dengan kondisi Indonesia," kata Purbaya.

Ia mengatakan bahwa negara seperti Amerika Serikat saja masih memperhatikan hukum ekonomi pasar. "Di sana, kalau The Federal Reserve mau menurunkan suku bunga kredit, ia akan menambah supply on system dengan cara membeli bond di pasar sekunder," ujar Purbaya.

Jumat lalu, Bank Indonesia mengumumkan rencana mengubah pelaksanaan lelang SBI dari mingguan menjadi bulanan. Upaya ini diharapkan dapat mendorong bank mengelola likuiditasnya dalam rentang waktu yang lebih panjang.

Darmin menyatakan penyerapan ekses likuiditas rupiah akan lebih diutamakan pada lelang SBI tiga bulan dan enam bulanan. Dengan begitu, diharapkan dapat mendorong berkembangnya transaksi di pasar uang dan pelaksanaan operasi moneter yang lebih efektif.

Pelaksanaan kebijakan ini akan dimulai pada Juni mendatang, dengan masa transisi selama tiga bulan mulai 10 Maret. Bank Indonesia akan mengatur tenor penyerapan likuiditas agar jatuh temponya pada minggu kedua.

NALIA RIFIKA

Berita terkait

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

13 jam lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

21 jam lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

1 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

1 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

4 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

4 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

4 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

5 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

5 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

6 hari lalu

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.

Baca Selengkapnya