Bila Si 'Emas Hitam' Melambung, Bunga Ikut Naik  

Reporter

Editor

Rabu, 28 Oktober 2009 23:14 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pergerakan suku bunga Bank Indonesia atau BI Rate baru akan terjadi jika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi akibat terus melambungnya harga si "emas hitam" di pasar dunia. Dengan asumsi kenaikan 30 persen pada triwulan pertama tahun depan inflasi diperkirakan meningkat dari 4 persen pada Desember tahun ini menjadi 5,5 persen pada Desember tahun depan.

Demikian dikemukakan ekonom Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, dalam jumpa wartawan di Hotel Gran Melia, Jakarta, Rabu (28/10). "Sebagai antisipasi risiko inflasi, Bank Indonesia akan menaikkan BI Rate ke level 7 persen pada triwulan pertama, dan 7,5 persen pada triwulan kedua," katanya.

Dia memperkirakan suku bunga bank sentral bakal tetap berada di level 7,5 persen hingga akhir 2010. Namun kenaikan BI Rate tidak serta merta mendongkrak suku bunga. "Kalau likuiditas global normal, suku bunga kredit bisa tetap 9 atau 10 persen," ujar Fauzi. Jika tidak, faktor yang mempengaruhi pergerakan suku bunga adalah sentimen pasar dan kondisi masing-masing bank.

Fauzi menilai cadangan devisa Indonesia terus meningkat, dari US$ 50,6 miliar di Februari lalu, jadi US$ 62 miliar akhir tahun nanti. Dan pada Desember 2010 bisa mencapai US$ 70 miliar. Penguatan cadangan devisa akan mendongkrak penguatan nilai tukar rupiah.

Pada Desember 2008, rupiah masih setara 11.300 per dolar AS. Nilainya terus menguat hingga kisaran Rp 9.500 beberapa pekan terakhir. "Kami perkirakan akan menguat lebih lanjut ke level Rp 9.200 per 1 US$ di akhir Desember 2009," ucap Fauzi yang memperkirakan rupiah akan stabil di kisaran Rp 9.300 per dolar AS hingga pertengahan 2010.

Faktor lain yang mengatrol kinerja rupiah adalah ekspektasi investor pada performa ekonomi Indonesia yang dinilai lebih baik ketimbang negara-negara tetangga. Menurut Fauzi, hal itu tercermin dari masuknya dana asing ke bursa saham. "Selama Januari hingga pertengahan Agustus 2009, dan indeks harga saham gabungan yang naik 95 persen," ucapnya.

Namun hal yang harus diwaspadai pemerintah untuk menjaga kestabilan ekonomi adalah sensitifnya bursa saham. Sebab, lebih dari 60 persen kapitalisme saham Indonesia adalah milik pemodal asing. Nilainya diperkirakan sekitar US$ 80 hingga US$ 90 miliar. Hal ini berbahaya jika krisis ekonomi kembali meruyak dan investor menarik saham mereka. Tapi dia menilai kecil kemungkinan terulangnya krisis keuangan global.

REZA MAULANA

Berita terkait

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

2 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

9 hari lalu

Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

Senior Fellow CIPS Krisna Gupta mengatakan ekskalasi konflik Iran-Israel bisa berdampak pada inflasi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

9 hari lalu

Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

Harga minyak dunia melonjak jadi US$ 89 (Brent) dan US$ 84 (WTI) per barel pada Jumat, 19 April 2024, seiring memanasnya konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

10 hari lalu

Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

Harga emas Antam per 1 gram hari ini ada pada level Rp 1.335.000. Harga ini naik Rp 14 ribu dibanding perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

10 hari lalu

Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

Harga minyak dunia cenderung naik gara-gara konflik Iran - Israel dan penguatna dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

8 Januari 2024

Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

Harga minyak dunia turun dalam perdagangan awal pekan, 8 Januari 2024. Kenaikan harga terjadi karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru

5 Januari 2024

Harga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru

Harga minyak mentah tengah bergejolak hari ini. Apa saja penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

21 Juni 2023

Harga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

Harga minyak mentah berjangka jeblok pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, 21 Juni 2023. Apa saja faktor pemicunya?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?

7 Juni 2023

Harga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?

Harga minyak dunia terus berfluktuasi, namun belakangan mengalami tren penurunan. Apakah harga Pertalite juga akan diturunkan seperti Pertamax?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Buntut Arab Saudi Pangkas Produksi Mulai Juli Mendatang

6 Juni 2023

Harga Minyak Dunia Naik, Buntut Arab Saudi Pangkas Produksi Mulai Juli Mendatang

Kementerian Arab Saudi menyampaikan akan menurunkan produksi minyak mentah menjadi 9 juta barel per hari pada Juli mendatang.

Baca Selengkapnya