TEMPO Interaktif, Jakarta: Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, berdasarkan survei yang dilakukan Departemen Perdagangan pada golongan menengah ke atas terhadap produk lokal, ternyata kalangan itu masih menganggap produk luar negeri lebih baik ketimbang produk lokal.

“Dalam mempersiapkan program Seratus Persen cinta Indonesia kita melakukan survei golongan menengah ternyata mereka masih import minded, dan menganggap produk luar lebih unggul,” kata Mari dalam pencanangan pemakaian produk lokal di Sumatera Barat, Kamis (28/5).

Ia mengatakan, hal itu tantangan untuk produsen di Indonesia dalam meningkatkan kualitas produknya agar lebih bagus dari produk luar dengan harga yang terjangkau. “Ini gerakan yang kita inginkan untuk satu sampai dua tahun ke depan," ucap Mari.

Karena ini juga akan memacu produsen untuk memproduksi barang berkualitas. "Potensi dari pasar dalam negeri kita sebetulnya luar biasa, tapi kita kan tidak bisa memaksa orang. Misalnya memakai sepatu lokal, kalau lecet-lecet kakinya juga tidak mau memakai,” kata Menteri Mari.

Ia mengatakan banyak produk lokal mulai dari makanan, minuman, busana, cinderamata, dan kain sudah sama bagusnya dengan produk luar negeri. “Yang harus dilakukan adalah meningkatkan apresiasi masyarakat,” tuturnya.

Dalam kaitan dengan program cinta produk dalam negeri, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat juga sudah mewajibkan delapan ribu pegawai negeri sipil di kalangan pemerintahan provinsi memakai pakaian khas Sumatra Barat, seperti batik tanah liat atau tenunan Silungkang setiap Kamis dan Jumat.

FEBRIANTI