Central Proteinaprima Enggan Komentari Aksi Pemegang Sahamnya

Reporter

Editor

Rabu, 27 Mei 2009 12:31 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Manajemen PT Central Proteinaprima Tbk tak mau banyak berkomentar perihal gugatan yang diajukan pemegang sahamnya di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Central juga enggan mengomentari langkah kuasa hukum pemegang sahamnya yang menyurati anggota Bursa Efek Indonesia dan meminta perdagangan efek perseroan dihentikan sementara.

"Kami tidak bisa berkomentar karena hal tersebut adalah sepenuhnya wewenang para pemegang saham," ujar Manajer Komunikasi Perusahaan Central Fajar Reksoprodjo melalui surat elektronik, Selasa (26/5) malam. "Kami tidak memiliki kewenangan untuk berbicara atas tindakan pemegang saham."

Sejauh pengetahuan perseroan, tutur Fajar, tuntutan itu muncul karena adanya pelanggaran perjanjian kontrak dari pihak pemegang obligasi dan perwakilannya. Tindakan pemegang obligasi dan perwakilannya dapat dikategorikan sebagai tindakan penyanderaan terhadap perusahaan, yang dapat merugikan para pemangku kepentingan seperti pemegang saham independen, petambak plasma, serta karyawan Central.

Sengkarut berawal pada Juni 2007 saat Red Dragon menerbitkan obligasi konversi senilai US$ 200 miliar. Saham Central sebesar 70,3 persen yang dimiliki Red Dragon, PT Surya Hidup Satwa, dan perusahaan lain yang terafiliasi dengan keluarga Jiaravanon dijadikan jaminan. Nilai jaminan anjlok karena krisis keuangan global sehingga pemegang obligasi meminta Red Dragon menambah jaminannya.

Red Dragon tak memenuhi permintaan itu. Central justru menerbitkan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dulu dan melaksanakan rapat umum pemegang saham yang mengesahkan penerbitan 17,5 miliar saham senilai Rp 1,75 triliun. Saham jaminan pun terdilusi dari 70,3 persen menjadi 39 persen. Sembilan institusi asing pemegang obligasi Red Dragon merasa dirugikan dan meminta bank wali amanat merilis nota percepatan pembayaran.

The Bank of New York Mellon lantas merilis pernyataan gagal bayar pada 3 Desember 2008 dan pemberitahuan percepatan pembayaran (notice of acceleration) diterbitkan pada 21 April 2009. Pemberitahuan serupa dibuat Bank Danamon pada 8 Mei lalu.

Charm Easy International Limited, salah satu pemegang saham Central yang turut dijaminkan sahamnya oleh Red Dragon, tak terima dan menggugat Bank of New York Mellon serta Danamon. Charm Easy meminta pengadilan menghukum kedua bank dengan membayar ganti rugi US$ 1 miliar. Dalam dokumen yang diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 12 Mei 2009, Charm Easy juga menggugat PT Ficomindo Buana Registrar, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, dan PT Bursa Efek Indonesia.

Charm Easy, Red Dragon, beserta dua pemegang saham Central lainnya, yakni PT Surya Hidup Satwa dan Regent Central International Limited, kemudian menyurati anggota Bursa Efek dan meminta mereka menghentikan perdagangan saham Central sementara proses hukum berlangsung.

BUNGA MANGGIASIH

Berita terkait

Kinerja Keuangan Gemilang, Analis Rekomendasikan Saham BBRI

14 November 2023

Kinerja Keuangan Gemilang, Analis Rekomendasikan Saham BBRI

Kinerja keuangan impresif yang dicatatkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk hingga kuartal III-2023 diikuti dengan sentimen positif terhadap saham BRI (BBRI).

Baca Selengkapnya

Bidik Rp 287,11 Miliar dari IPO, Primaya Hospital Group Beberkan Peruntukan Dananya

17 Oktober 2022

Bidik Rp 287,11 Miliar dari IPO, Primaya Hospital Group Beberkan Peruntukan Dananya

Primaya Hospital Group, jaringan rumah sakit swasta di Indonesia dengan perusahaan holding, PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk., menggelar IPO.

Baca Selengkapnya

2 Direksi BCA Lepas Sebagian Saham, Berapa Nilai yang Dikantongi?

17 September 2022

2 Direksi BCA Lepas Sebagian Saham, Berapa Nilai yang Dikantongi?

Corporate Secretary BCA Raymon Yonarto mengatakan penjualan saham yang dilakukan oleh Jahja bertujuan untuk melakukan renovasi rumah.

Baca Selengkapnya

Saham Tesla Bakal Dipecah Dua Dalam 2 Tahun, Begini Ceritanya

29 Maret 2022

Saham Tesla Bakal Dipecah Dua Dalam 2 Tahun, Begini Ceritanya

Hanya tiga bulan kemudian, Tesla mengatakan merencanakan penjualan saham lain untuk mendapatkan dana segar hingga USD 5 miliar.

Baca Selengkapnya

Saham Eropa Anjlok karena Aksi Jual Massal Setelah Kemunculan Varian Botswana

27 November 2021

Saham Eropa Anjlok karena Aksi Jual Massal Setelah Kemunculan Varian Botswana

Saham Eropa anjlok di tengah aksi jual yang meluas pada Jumat karena laporan varian baru Covid-19, varian Botswana, yang memicu kekhawatiran investor.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Menguat di 6.144, Samuel Sekuritas: Big Caps Rebound

30 Agustus 2021

IHSG Ditutup Menguat di 6.144, Samuel Sekuritas: Big Caps Rebound

Indeks Harga Saham (IHSG) Sesi II pada hari ini, Senin, 30 Agustus 2021, ditutup di level 6.144.

Baca Selengkapnya

Panasonic Jual Saham Tesla dengan Nilai USD 3,6 Miliar

26 Juni 2021

Panasonic Jual Saham Tesla dengan Nilai USD 3,6 Miliar

Perusahaan Panasonic telah menjual semua saham Tesla dengan harga sekitar 400 miliar yen atau USD 3,61 miliar pada tahun fiskal yang berakhir Maret.

Baca Selengkapnya

4 Kali DKI Kirim Surat ke DPRD Soal Penjualan Saham PT Delta tapi Tak Direspons

1 April 2021

4 Kali DKI Kirim Surat ke DPRD Soal Penjualan Saham PT Delta tapi Tak Direspons

PKS sudah membuat surat kepada pimpinan dewan untuk segera mengagendakan pembahasan mengenai rencana penjualan saham bir DKI di PT Delta.

Baca Selengkapnya

Penjualan Saham Bir, Eks Dirut BEI Ingatkan Pejabat DKI Bisa Kena Pelanggaran

1 April 2021

Penjualan Saham Bir, Eks Dirut BEI Ingatkan Pejabat DKI Bisa Kena Pelanggaran

Pejabat DKI terancam dianggap melanggar regulasi pasar modal jika berkoar-koar jual saham bir tapi batal.

Baca Selengkapnya

Dapat Kredit Murah, Pengamat Sebut Pertamina Tak Perlu IPO

27 Agustus 2020

Dapat Kredit Murah, Pengamat Sebut Pertamina Tak Perlu IPO

Pengamat meminta Pertamina mengkaji ulang rencana IPO.

Baca Selengkapnya