Industri Terapkan Standar Ganda Peringatan Bahaya Merokok

Reporter

Editor

Rabu, 29 April 2009 23:32 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Industri rokok dinilai masih menerapkan standar ganda dalam pencantuman label peringatan kesehatan dalam bungkus rokok. Pemerintah perlu lebih tegas mengaturnya.

Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Setyo Budiantoro mengatakan standar ganda ini dilakukan untuk kemasan rokok di Indonesia dan luar negeri. "Mereka jual di Singapura ada label warning dengan gambar tapi disini tidak ada," ujar Budi kepada Tempo Rabu (29/4).

Ia menilai penerapan standar ganda ini melecehkan pemerintah. Menurutnya pemerintah seharusnya lebih pro aktif menerbitkan aturan untuk melindungi kesehatan warganya. Apalagi hasil riset menunjukkan peringatan dengan gambar lebih efektif dibanding hanya tulisan. "Sekarang bolanya ada di tangan pemerintah. Kami dan beberapa elemen mendorong label dengan gambar ini," ujarnya

Menurut Budi, dengan gambar pesan peringatan bahaya merokok akan lebih efektif berkesan di masyarakat. Apalagi bagi masyarakat kalangan bawah dengan pendidikan yang rendah. "Pesan jadi lebih kuat," ujarnya.

Data yang dikeluarkan Dr Rita Damayanti dari Pusat Penelitian Fakultas Kesehatan Masyarakat UI menyebutkan kesadaran bahaya merokok masyarakat rendah. Penelitian dilakukan terhadap 1.239 responden dari berbagai kalangan.

Hasilnya, 42 persen responden mengatakan tidak percaya dari peringatan bahaya rokok. Sebanyak 25 persen mengaku tidak jelas dan 25 persen tidak peduli. Responden juga menginginkan label peringatan dengan gambar dan tulisan (78 persen), sedangkan 15 persen menginginkan peringatan dengan gambar, sisanya dengan tulisan.

Hal serupa juga dilakukan di Cina. Dalam Konferensi Dunia Tentang Tembakau pada Kesehatan di Mumbai Maret lalu, Profesor Geoffrey T Fong mengabarkan kemajuan yang dia temui dalam penelitian di Cina yang melibatkan 1.169 orang dewasa perokok non perokok serta remaja di empat kota yakni Beijing, Kuanming, Shanghai, Yincuan.

"Hasilnya cukup menggembirakan. Cina yang sekarang sudah ada kemajuan untuk intervensi label peringatan," ujarnya kepada Tempo, akhir pekan lalu. Profesor Fong pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Waterloo Canada.

Fong menuturkan, tim membuat stimulus 10 jenis bungkus dengan label peringatan kesehatan yang dicontoh dari beberapa negara. Yakni seperti penyakit tenggorokan di Uni Eropa, Penyakit Mulut di singapura, bagian tubuh yang membusuk di Hongkong dan kanker paru-paru di Kanada, dan Cina (yang lama dan baru). Pesan tersebut berupa teks atau gambar penyakit tersebut.

Label peringatan kesehatan Cina membandingkan mana yang lebih kuat mempengaruhi dan lebih efektif. "Apakah menggunakan teks saja atau menambahkan gambar," ujarnya. Hasilnya, semua responden mengamini gambar bagian tubuh yang terkena penyakit, sangat efektif memotivasi seseorang mengubah perilaku berhenti merokok.

Penelitian ITC menggambarkan prosentase angka tertinggi pada poin 4,0, gambar kanker paru-paru di Kanada dipilih menjadi motivator tertinggi untuk berhenti yakni pada angka 3,8. Berikutnya gambar penyakit mulut di Singapura (3,65), gambar tubuh membusuk di Hongkong (3,5) dan penyakit tenggorokan di Uni Eropa (3,4). Empat terendah selanjutnya yakni peringatan dengan teks dan label baru dan lama di Cina terbukti tak efektif mendorong orang berhenti (1,8 dan 1,6 poin).

Hasil yang sama juga membuat para remaja enggan untuk mulai merokok. Gambar kanker paru-paru mendapat poin tertinggi (3,8),disusul gambar penyakit mulut (3,75), gambar tubuh membusuk di Hongkong sedikit dibawahnya dan gambar penyakit tenggorokan di Uni Eropa. Peringatan kesehatan dengan teks juga berada dibawah poin label peringatan gambar. Lagi-lagi label peringatan di depan dan samping tak digubris para remaja untuk mulai merokok! "Poinnya pun hanya 1,8 untuk label baru dan 1,7 pada label lama," ujarnya.

Selain perubahan motivasi untuk berhenti dan mengurangi remaja untuk mulai merokok hasil penelitian itu juga mengatakan label peringatan dengan gambar memberikan informasi ruginya merokok bagi kesehatan. "Ini juga menunjukkan Pemerintah Cina serius mengurangi rokok," ujar Profesor yang ramah itu.

Menurut dia, seorang perokok yang menghabiskan 20 batang per hari dimungkinkan terpapar intervensi label peringatan ini hingga 7300 kali dari perilakunya saat membeli dan mengeluarkan rokok dari kemasannya.

Fong mengatakan, hingga Oktober tahun lalu, sebulan sebelum pertemuan Framework Convention Tobacco Control(FCTC) di Durban Afrika Selatan, posisi perokok Cina yang mengatakan rokok berbahaya bagi kesehatan hanya 8,1 persen. Posisi ketiga terbawah di bawah Malaysia dari 14 negara. Sedangkan Thailand menduduki peringkat tertinggi yakni 53,3 persen. Menurut Fong, indikator kuncinya terletak pada ketidakefektifan label peringatan pada bungkus rokok di Cina.

Sejak Oktober tersebut peringatan pada bungkus sudah berubah menjadi 2 pesan di depan dan belakang. Bahkan pesan juga diulang dalam bahasa Inggris. Bagi Fong dan para peneliti di International Tobacco Control (ITC) Project, satu langkah ini cukup baik meskipun belum memenuhi pedoman yang paparkan dalam pasal 11 poin FCTC.

Pada pertemuan di Durban yang sempat Tempo ikuti, para aktivis pengendalian tembakau masih menyayangkan sikap politis pemerintah Cina. Meski sudah meratifikasi poin di FCTC, Cina belum mengimplementasikan kesepakatan-kesepakatan tersebut. Selain sebagai pembuat kebijakan soal pengendalian tembakau, pemerintah Cina juga sebagai pemegang saham industri rokok di negara tirai bambu itu.

Pemerintah Indonesia, baru akan menunggu hasil evaluasi yang akan dilakukan oleh tim. Sebelumnya Direktur Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tjandra Yoga Aditama mengatakan evaluasi terhadap kebijakan label peringatan bungkus rokok masih dievaluasi. Tim evaluasi,kata Tjandra Yoga, juga baru dibentuk sebulanan lalu.
"Ada perubahan atau tidak nanti tunggu evaluasi tim." ujarnya kepada Tempo.

Menurut Tjandra Yoga masyarakat dan elemen masyarakat sudah memberikan masukan soal kebijakan pengendalian rokok ini. Menurutnya jika diperlukan penelitian, maka tim yang akan melakukannya..

DIAN YULIASTUTI

Advertising
Advertising

Berita terkait

Soal Lobi ke Istana, Bos Perusahaan Rokok Sebut Penyampaian Pendapat sesuai Aturan

51 hari lalu

Soal Lobi ke Istana, Bos Perusahaan Rokok Sebut Penyampaian Pendapat sesuai Aturan

Faisal Basri menyatakan perusahaan rokok memiliki lobi-lobi yang kuat di lingkungan Istana dan pembuat undang-undang.

Baca Selengkapnya

Produsen Rokok Bantah Lobi-lobi Pemerintah untuk Keluarkan Kebijakan Pro Rokok

51 hari lalu

Produsen Rokok Bantah Lobi-lobi Pemerintah untuk Keluarkan Kebijakan Pro Rokok

Benny mengklaim industri rokok hanya melakukan komunikasi dengan pemerintah melalui jalur-jalur yang legal.

Baca Selengkapnya

Jokowi Disebut Punya Kedekatan dengan Industri Rokok

52 hari lalu

Jokowi Disebut Punya Kedekatan dengan Industri Rokok

Jokowi sempat ogah membahas masalah rokok bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Disebut punya kedekatan dengan industri rokok.

Baca Selengkapnya

Terkini: Daftar Bisnis Panji Gumilang Selain Al Zaytun, Jembatan Rel Lengkung LRT Jabodebek Salah Desain?

3 Agustus 2023

Terkini: Daftar Bisnis Panji Gumilang Selain Al Zaytun, Jembatan Rel Lengkung LRT Jabodebek Salah Desain?

Setelah resmi ditetapkan sebagai tersangka, sejumlah bisnis milik Pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun Panji Gumilang menjadi sorotan.

Baca Selengkapnya

Ganjar Pranowo Minta Industri Rokok Prioritaskan Tembakau Petani dan Batasi Impor, Ini Sebabnya

3 Agustus 2023

Ganjar Pranowo Minta Industri Rokok Prioritaskan Tembakau Petani dan Batasi Impor, Ini Sebabnya

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta industri rokok memprioritaskan menyerap tembakau hasil produksi petani lokal.

Baca Selengkapnya

Lintasan Waktu Rokok Linting, Tingwe dan Kerabatnya

12 Mei 2023

Lintasan Waktu Rokok Linting, Tingwe dan Kerabatnya

Keberadaan cikal bakal rokok di Tanah Air telah ada sejak era 1600-an. Hal ini seiring masuknya tembakau ke wilayah Nusantara.

Baca Selengkapnya

Gagal Atasi Endemi Rokok sehingga Perokok Anak Meningkat, Koalisi Sipil Beri Rapor Merah untuk Jokowi - Ma'ruf

26 November 2022

Gagal Atasi Endemi Rokok sehingga Perokok Anak Meningkat, Koalisi Sipil Beri Rapor Merah untuk Jokowi - Ma'ruf

Menurut Ifdhal Kasim, kabinet Jokowi - Ma'ruf tidak hadir selama ini dalam menangani masalah epidemi rokok di Tanah Air.

Baca Selengkapnya

Cukai Rokok 2023 dan 2024 Naik 10 Persen, Ini Kajian dan Pertimbangan Kemenkeu

5 November 2022

Cukai Rokok 2023 dan 2024 Naik 10 Persen, Ini Kajian dan Pertimbangan Kemenkeu

Febrio Kacaribu memaparkan berbagai pertimbangan atas ditetapkannya kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk rokok sebesar 10 persen.

Baca Selengkapnya

Bandara Kediri Rp 10,8 Triliun Ditargetkan Rampung 2023, Gudang Garam: Bukan Exit Strategy

17 September 2022

Bandara Kediri Rp 10,8 Triliun Ditargetkan Rampung 2023, Gudang Garam: Bukan Exit Strategy

Pembangunan Bandara Kediri dipastikan tidak berkaitan dengan kondisi penjualan rokok oleh Gudang Garam.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri Vape Rumahan Diperkirakan Tertahan, Apa Penyebabnya?

11 Agustus 2022

Pertumbuhan Industri Vape Rumahan Diperkirakan Tertahan, Apa Penyebabnya?

Pemasukan cukai dari industri vape di Bandung tahun ini diperkirakan lebih tinggi ketimbang tahun lalu.

Baca Selengkapnya