Ketua Bidang Standardisasi Produk Kadin, Aziz Pane mengatakan, rendahnya pertumbuhan industri manufaktur karena tingkat penyaluran kredit perbankan masih rendah. “Ini perlu menjadi obyek perhatian,” kata Aziz di Pusat Niaga Expo Kemayoran, Jakarta, Rabu (27/8).
Pertumbuhan industri elektronika, menurut Aziz, relatif cukup tinggi dibanding manufaktur, karena pasar domestik dan ekspor yang besar. Meski demikian, lanjutnya, ketergantungan impor komponen manufaktur untuk otomatif, logam dan elektronika saat ini mencapai 60 sampai 70 persen.
“Kami mengharapkan agar pemerintah fokus pada pengembangan industri komponen untuk memperkuat struktur industri dan membuka lapangan kerja," kata Aziz.
Laju pertumbuhan industri manufaktur pada 2007 mencapai 9,7 persen, didukung oleh industri alat angkut, mesin dan peralatan. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan pada 2006 yang hanya 7,6 persen. Laju pertumbuhan itu karena meningkatnya permintaan domestik dalam bentuk konsumsi privat dan investasi.
Investasi di bidang industri mesin dan peralatan dalam negeri dan mesin, serta peralatan luar negeri di kuartal ketiga tahun lalu berturut-turut 20,9 persen dan 24,2 persen (<I>year on year</I>). Namun, menurut Aziz, kontribusinya terhadap pembentukan modal tetap atau <I>fixed capital formation<I> masih kecil, berturut-turut 0,7 persen dan 2,8 persen. Sehingga, secara keseluruhan pertumbuhan investasi masih kecil.
Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka (ILMTA) Departemen Perindustrian, Anshari Bukhari mengakui Indonesia masih tergantung impor produk permesinan. Impor produk permesinan, termasuk komponennya, mencapai US$ 8,1 miliar dibandingkan tahun 2001 sekitar US$ 4,3 miliar. “Meningkat rata-rata 10 persen,” katanya.
Sementara itu, angka ekspor produk permesinan tahun 2001 sebesar US$ 1,29 miliar dan 2007 sebesar US$ 3,56 miliar. Tingginya angka impor, menurut Anshari, merupakan peluang yang seharusnya ditangkap para pelaku bisnis.
Sejak krisis ekonomi tahun 1997, pertumbuhan sektor manufaktur nasional memang cenderung lemah. Pertumbuhan hanya berkisar antara 3 sampai 5 persen per tahun sejak tahun 2000. Padahal, sebelum krisis atau tahun 1970 sampai 1996, rata-rata pertumbuhan lebih dari 10 persen per tahun.
NIEKE INDRIETTA | CORNILA DESYANA