Industri Harus Gugat Kenaikan Tarif Listrik

Reporter

Editor

Rabu, 23 Juli 2008 02:44 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Kalangan pengusaha harus menolak rencana kenaikan tarif listrik industri yang diberlakukan manajemen PT PLN (Persero). Perusahaan listrik milik pemerintah itu dinilai tidak memiliki kewenangan menaikkan tarif listrik. "Presiden atas usulan menteri yang berhak menetapkan tarif dasar listrik, bukan perusahaan," ujar ahli hukum kelistrikan Yunan Lubis kepada Tempo, Selasa (22/7). Yunan menjelaskan, sesuai perjanjian antara PLN dan industri, perusahaan listrik berkewajiban menyediakan daya terpasang sesuai kapasitas yang dibutuhkan. Sedangkan industri berkewajiban membayar tagihan sesuai tarif dasar listrik yang ditetapkan pemerintah. "Dalam perjanjian tidak dikenal kesepakatan tarif secara bisnis (business to business," katanya. Komisaris Utama PLN Al Hilal Hamdi menyatakan, kenaikan tarif listrik industri merupakan negosiasi antarbisnis dan tak perlu persetujuan pemerintah dan parlemen. Menurut dia, rencana kenaikan tarif listrik industri untuk mendekati biaya pokok produksi sebesar Rp 1.330 per kilowatt per jam. Saat ini PLN membebankan tarif listrik industri rata-rata Rp 630 per kilowatt per jam. Menurut Yunan, penetapan tarif listrik oleh manajemen PLN rawan menimbulkan gugatan. Dia meminta, regulator membaca kembali Undang-Undang No. 15 Tahun 1985 dan Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2005. "Dalam undang-undang sangat jelas, tarif listrik merupakan kewenangan pemerintah," ujar Sekretaris Advokasi Konsumen Listrik Indonesia ini. Untuk menghindari gugatan hukum, Yunan menyarankan pemerintah untuk mengeluarkan keputusan presiden tentang kenaikan tarif dasar listrik baru. "Pemerintah harus taat peraturan, ketidakjelasan peraturan akan menimbulkan konflik hukum seperti yang terjadi di Maluku Utara," katanya. Sebaliknya, jika kenaikan tarif listrik industri tetap diberlakukan PLN, dia meminta kalangan industri menggugat pemerintah dan PLN. Direktur PLN Jawa-Bali PLN Murtaqi Syamsuddin menyatakan, hingga kini pihaknya belum berencana mengubah tarif dasar listrik. "Yang kami lakukan adalah melakukan sosialisasi tentang keterbatasan daya listrik dan lonjakan harga bahan bakar kepada kalangan industri," ujarnya kepada Tempo, Selasa (22/7). Menurut dia, manajemen PLN meminta pengertian kepada industri tentang dua masalah tersebut. "Keterbatasan daya sudah disepakati dengan menggeser hari kerja ke Sabtu dan Minggu," kata Murtaqi. Sedangkan tentang lonjakan harga bahan bakar, kata dia, PLN sedang membicarakan dengan kalangan industri. "Kami meminta pemecahan bersama tentang mahalnya harga minyak dan batu bara."ALI NUR YASIN

Berita terkait

Mobil Hemat Energi Rancangan Mahasiswa Indonesia Berkompetisi di KMHE 2023, Jawab Tantangan Krisis Energi Dunia

2 November 2023

Mobil Hemat Energi Rancangan Mahasiswa Indonesia Berkompetisi di KMHE 2023, Jawab Tantangan Krisis Energi Dunia

Kontes mobil hemat energi mempertandingkan rancangan kendaraan yang berfokus pada penghematan bahan bakar.

Baca Selengkapnya

Serangan Udara Rusia Sasar Infrastruktur Energi Ukraina, Kembali ke Strategi Lama?

21 September 2023

Serangan Udara Rusia Sasar Infrastruktur Energi Ukraina, Kembali ke Strategi Lama?

Rusia tampaknya kembali ke strategi lamanya dalam upaya penaklukan Ukraina dengan serangan rudal besar-besaran ke fasilitas energi di Ukraina

Baca Selengkapnya

Kisah Fajar Sidik Abdullah, Anak Buruh Tani Sragen Masuk Top 20 Insinyur Muda versi James Dyson Award

17 Januari 2023

Kisah Fajar Sidik Abdullah, Anak Buruh Tani Sragen Masuk Top 20 Insinyur Muda versi James Dyson Award

Fajar Sidik Abdullah Kelana asal Sragen dinobatkan menjadi 20 insinyur dan inovator muda terbaik dunia versi James Dyson Award. Begini perjuangannya.

Baca Selengkapnya

Krisis Listrik Parah, Presiden Afrika Selatan Absen dari Forum Ekonomi Dunia

16 Januari 2023

Krisis Listrik Parah, Presiden Afrika Selatan Absen dari Forum Ekonomi Dunia

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa tidak akan menghadiri Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos. Alasannya?

Baca Selengkapnya

IHSG Diprediksi Masih Jeblok Menjelang Akhir Tahun, Tertekan Data Inflasi AS

14 Desember 2022

IHSG Diprediksi Masih Jeblok Menjelang Akhir Tahun, Tertekan Data Inflasi AS

IHSG diperkirakan masih jeblok karena inflasi Amerika Serikat yang kemungkinan besar tidak sesuai dengan ekspektasi pasar.

Baca Selengkapnya

Eropa Bakal Dilanda Resesi Musim Dingin, Apa yang Harus Diantisipasi RI?

6 Desember 2022

Eropa Bakal Dilanda Resesi Musim Dingin, Apa yang Harus Diantisipasi RI?

Uni Eropa yang bakal dilanda resesi musim dingin dan bisa jadi berdampak ke Indonesia. Apa saja yang harus diantisipasi?

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Kaum Muda Beruntung Saksikan Respons Negara Hadapi Krisis Global

2 Desember 2022

Sri Mulyani Sebut Kaum Muda Beruntung Saksikan Respons Negara Hadapi Krisis Global

Dalam kondisi yang serba tak pasti, Sri Mulyani mengatakan generasi muda dapat melihatnya sebagai bekal pada masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Ingatkan Ancaman Krisis Pangan dan Energi 2023

2 Desember 2022

Sri Mulyani Ingatkan Ancaman Krisis Pangan dan Energi 2023

Sri Mulyani melihat potensi memburuknya perekonomian telah bergeser dari ancaman pandemi ke krisis global.

Baca Selengkapnya

COP27 Mesir: Apa Saja yang Gagal, yang Berhasil dan yang Baru

24 November 2022

COP27 Mesir: Apa Saja yang Gagal, yang Berhasil dan yang Baru

Konferensi Perubahan Iklim PBB atau COP27 telah berakhir pada Minggu 20 November 2022. Kebanyakan ilmuwan iklim frustasi dengan hasilnya. Kenapa?

Baca Selengkapnya

Tempo Economic Forum: Ancaman Resesi 2023, IMF Cermati 3 Dampak Invasi Rusia

18 November 2022

Tempo Economic Forum: Ancaman Resesi 2023, IMF Cermati 3 Dampak Invasi Rusia

IMF melihat krisis global karena ketegangan geopolitik akan memperburuk kondisi ekonomi. Krisis pun mendorong negara maju jatuh ke jurang resesi.

Baca Selengkapnya