TEMPO Interaktif, Jakarta:Inflasi Februari diperkirakan lebih rendah dibandingkan Januari. Kepala Ekonom Danareksa Purbaya Yudhi Sadewa memperkirakan inflasi bulan lalu berada pada level 0,76 persen. Namun dibandingkan Februari tahun lalu, angka ini masih terbilang tinggi. "Ini masih lebih tinggi dari biasanya," katanya kemarin. Menurut dia, inflasi pada Februari biasanya berkisar pada level 0,6 persen. Purbaya melanjutkan, rendahnya angka inflasi Februari lalu, disebabkan harga makanan yang mulai menurun. Ini diindikasikan dengan turunnya harga beras di beberapa daerah. "Sebagian daerah sudah memasuki masa panen," katanya. Penurunan inflasi, dia menegaskan, bukan disebabkan keberhasilan pemerintah dalam program stabilisasi harga pangan, melainkan karena faktor musiman. Menguatnya rupiah, juga belum berpengaruh pada penurunan inflasi Februari. Dampak penguatan rupiah baru akan terlihat dalam satu bulan ke depan.Namun Ekonom Institute for Development of Economics and Finance Indonesia, Aviliani berbeda pendapat. Dia memperkirakan inflasi bulan lalu bakal berkisar 0,88-1 persen. "Kalau dilihat belum ada penurunan harga secara signifikan," katanya. Menurut dia, inflasi cenderung berada pada level 1 persen. Sebab harga bahan kebutuhan pokok sepanjang bulan lalu masih lumayan tinggi. Program stabilisasi harga dan kebijakan fiskal yang dikeluarkan pemerintah juga belum cukup kuat untuk meredam kenaikan harga. Penguatan rupiah, menurut dia, baru akan berdampak dua bulan kedepan. Sebelumnya, pemerintah meyakini laju inflasi Februari lebih baik dibandingkan Januari lalu yaitu 1,77 persen. Menteri Koordinator Perekonomian Boediono menyatakan banyak faktor yang mendukung optimisme ini. Stabilitas harga-harga kebutuhan pokok dinilai sudah lebih baik dibandingkan bulan lalu. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, juga bisa mempengaruhi membaiknya tingkat inflasi pada bulan ini. "Kami harapkan bisa kembali ke sasaran," kata Boediono pekan lalu. Gunanto E S