Pengamat: Forum Stabilitas Mendorong Bank Sentral Terbuka

Reporter

Editor

Sabtu, 30 Juni 2007 10:49 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Keberadaan Forum Stabilitas Sistem Keuangan dinilai akan mendorong bank sentral untuk lebih terbuka mengungkap kegagalan individu perbankan. Sebab, Bank Indonesia sebagai pengawas perbankan dinilai berperan penting dalam mendeteksi krisis ekonomi. Hal ini juga agar pengalaman pada masa lalu tidak terulang.”Khususnya Bank Indonesia untuk bisa mendeteksi awal dan menindak kasus dari bank-bank yang belum go public tanpa melanggar Undang-Undang Perbankan,” ujar pengamat ekonomi Dradjad Wibowo saat dihubungi Tempo di Jakarta, Sabtu (30/6). Pemerintah membentuk Forum Stabilitas Sistem Keuangan yang beranggotakan Departemen Keuangan, Bank Indonesia, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Forum ini bertugas mendeteksi secara dini potensi krisis ekonomi di Indonesia (Koran Tempo, 30 Juni). Dengan deteksi awal itu, menurut Dradjad, Lembaga Penjamin Simpanan pun bisa memperkirakan berapa besar dana yang harus dimiliki. Sebab, makin tinggi risiko, makin besar pula premi yang harus dibayar oleh suatu bank. ”Ini sesuai fungsi LPS untuk mencegah kegagalan individu bank menjadi kegagalan perbankan secara sitemik," kata Dradjad. Di antara anggota Forum, kata dia, harus menyamakan persepsi dalam indikator keuangan sebelum mengeluarkan rekomendasi tindakan yang harus diambil. "Indikator seperti pesatnya lalu lintas modal jangka pendek ke dalam negeri harus disepakati bagaimana menilainya,” kata dia. Kendati perbedaan sudut pandang dari Bank Indonesia ataupun Departemen Keuangan tidak dapat dicegah, menurut dia, hal tersebut tetap harus ada satu solusi yang diambil pemerintah. Solusi itu semestinya bersifat win-win solution pada pemerintah dan Bank Indonesia. Bank Indonesia, menurut dia, pasti akan mendorong diberikannya insentif bagi pasar modal agar investasi ditanam dalam waktu panjang. Sedangkan pemerintah akan sangat hati-hati memberikan insentif pajak di pasar modal, karena pasti akan menurunkan pendapatan negara secara signifikan. Persepsi lain yang harus disamakan adalah tentang pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi. Dua asumsi makro ekonomi itu sangat krusial untuk menentukan langkah yang diambil pemerintah untuk menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. "Jika kemarin dalam pembahasan di Dewan Perwakilan Rakyat sempat mencuat perbedaan assessment kedua pihak (BI dan pemerintah), diharapkan dengan Forum ini asumsi makro tidak lagi diperdebatkan," ujarnya. RR ARIYANI

Berita terkait

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

1 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

1 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

1 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

1 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

2 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

2 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

2 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

2 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

2 hari lalu

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo membeberkan asumsi arah penurunan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR).

Baca Selengkapnya