TEMPO.CO, Jakarta - Kopi Gayo dipromosikan Trade and Private Sector Assistence (TPSA) bekerja sama dengan pemerintahan Indonesia melalui Kementerian Perdagangan, ke pasar Kanada dan Amerika Utara. “Kanada sangat serius dengan impor kopi , dan mereka mencari kualitas kopi specialti seperti Arabika Gayo,” kata Said Fauzan Baabud, Project Manager Coffee Sector Coordinator TPSA, Kamis 14 September 2017.
Menurut Said, sebagai negara importir yang berada di urutan ke 11 dunia, Kanada serius mengelola barang impor yang masuk ke negara mereka seiring meningkatnya konsumsi kopi di negeri dingin ini. “Warga Kanada melek informasi dan mereka ingin tahu soal produk yang mereka konsumsi, termasuk kopi.”
Baca: Kopi Gayo Resmi Diakui Merek Kolektif Uni Eropa
Guna memuluskan impor kopi gayo ke Kanada, Said Fauzan telah memberikan presentasi di depan peserta dari Dinas Pertanian, Perdagangan, dan Koperasi yang difasilitasi Bappeda Aceh. Ia mengatakan bahwa TFO Canada terus mencari produsen kopi di dunia untuk bisa mengekspor kopi berkualitas ke negara mereka.
Dari data yang disuguhkan TPSA, impor kopi Kanada saat ini, didominasi tiga pemain kopi dari Amerika Selatan, yaitu Colombia, Brazil, dan Guatemala yang menyumbang 65 persen. Sedangkan Indonesia berada di urutan ke 6 sebagai pengekspor kopi Arabika Gayo.
“Walaupun Kopi Indonesia berada di urutan ke 6, tapi harganya 37 persen lebih tinggi dari pada harga kopi lainnya yang di ekspor ke Kanada karena memiliki keunikan tersendiri,” jelasnya.
Melihat peluang tersebut, TPSA telah bermitra dengan lima produsen kopi Arabika Gayo dari Aceh Tengah dan Bener Meriah dan membantu mempromosikan kopi tersebut ke pasar Kanada.
Untuk masuk ke pasar Kanada, ada beberapa indikator penting yang dapat menambah nilai kopi Arabika dari produsen kopi Arabika di Bener Meriah dan Aceh Tengah semakin tinggi di pasar Kanada. Misalnya, cerita di balik kopi Arabika, misalnya petani, ramah lingkungan, memiliki sertifikasi. Kedua, skor cita rasa atau grading di atas 82, dan terakhir praktek bisnis yang dilakukan selama ini oleh para produsen tersebut.
“Jadi, para peminum kopi di Kanada, sudah sampai pada tahap penikmat kopi yang harus tahu kopi seperti apa yang sedang mereka nikmati. Dari mana asalnya, dan apakah kopinya termasuk diproduksi dan diolah secara ramah lingkungan dan ekosistem,” jelas Said Fauzan.
Kini, bersama 5 mitra utama produsen Kopi Arabika Gayo dari Bener Meriah dan Aceh Tengah, yang sudah mendapat pembinaan terkait pelatihan ekspor kopi ke pasar Kanada, teknik pertemuan pemasaran melalui pertemuan bisnis hingga memfasilitasi para produsen kopi arabika tersebut untuk mengikuti pameran Kopi Internasional Spesialty Coffee Association di Seattle, USA pada April 2017 ia berharap, hal ini dapat meningkatkan kemakmuran petani kopi.
Salah satu tantangan terbesar untuk ekspor kopi ini, tentunya perubahan iklim yang terjadi di dataran tinggi gayo. Pihaknya berharap lewat edukasi yang terus diberikan kepada petani kopi (gayo), mereka tidak perlu mencari lahan baru tepi lebih kepada meningkatkan hasil produksi lewat lahan yang sudah ada.
ADI WARSIDI