TEMPO.CO, Jakarta - IMF merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini untuk kawasan Asean 5, termasuk Indonesia. Ramalan IMF ini berbeda dengan Bank Dunia yang memperkirakan pertumbuhan positif.
Investasi swasta menjadi catatan penting bagi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia dalam proyeksi perekonomian Indonesia tahun ini.
Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) Januari 2017, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya akan mencapai 4,9 persen. Perkiraan itu turun dari laporan WEO Oktober 2016, di mana pada tahun ini pertumbuhan ekonomi kawasan Asean 5 diproyeksikan tumbuh 5,1 persen.
“Revisi turun ini disumbang oleh Indonesia yang diperkirakan investasi swastanya akan tumbuh lebih rendah dari proyeksi awal dan Thailand yang berpotensi mengalami pelambatan dari sisi konsumsi dan pariwisata,” tulis IMF dalam laporannya, Senin, 16 Januari 2017.
Baca: Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Genjot Industri
Sementara itu, secara umum proyeksi pertumbuhan ekonomi global tidak mengalami perubahan dari World Economic Outlook Oktober 2016. Saat ituproduk domestik bruto (PDB) pada 2017 diperkirakan tumbuh 3,4 persen dan berlanjut menjadi 3,6 persen pada 2018.
Adapun pertumbuhan ekonomi negara seperti China, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang diperkirakan meningkat. “Kami melihat, ekonomi dunia akan mendapat kecepatan baru tumbuh dalam jangka pendek. Tahun 2017 menjadi momentum pertumbuhan itu. Namun, di sisi lain ketidakpastian justru akan meningkat mulai tahun ini,” kata Obtsfed.
Baca: Bank Dunia Klaim Kemiskinan Global Turun 10 Persen
Obstfeld menambahkan, proyesi lebih kuat dan lebih akurat diperkirakan akan muncul dalam WEO April 2017. Pasalnya, para pelaku pasar dan IMF telah mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari rencana kebijakan ekonomi AS di bawah Donald Trump.
Apabila AS konsisten dengan kebijakan stimulus fiskal yang dijanjikan Trump pada masa kampanye, maka prospek pertumbuhan ekonomi negara berkembang berpotensi kembali mendapat tekanan ke bawah.
Proyeksi dari IMF ini berbanding terbalik dengan proyeksi yang diterbitkan oleh Bank Dunia, terutama terkait proyeksi PDB Indonesia.
Dalam laporan Global Economic Prospect (GEP) Januari 2017, Naiknya investasi sektor swasta dan menguatnya kembali harga komoditas, diproyeksikan akan membuat sejumlah negara berkembang di Asia Tenggara, salah satunya Indonesia, mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat pada 2017 dibandingkan tahun lalu.
Bank Dunia menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan mencapai 5,3 persen dan berlanjut menjadi 5,5 persen secara berturut-turut pada 2018 dan 2019 (lihat grafis).
Menanggapi proyeksi dua lembaga tersebut, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo mengatakan perkembangan ekonomi global masih menunggu rencana kebijakan Presiden Terpilih Amerika Serikat Donald Trump yang rencananya akan dilantik pada 20 Januari 2017 waktu setempat.
Aksi proteksionis yang digaungkan Trump pada kampanyenya bisa membatasi laju ekspor Indonesia ke AS. Namun, secara umum kinerja ekonomi AS membaik di semester kedua diiringi dengan adanya kepastian kenaikan Fed Fund Rate yang diperkirakan sebanyak dua kali pada tahun ini.
Agus berharap pada tahun ini 2017 peran dalam pertumbuhan ekonomi tidak hanya dari konsumsi dalam negeri dan dari pemerintah, melainkam juga investasi swasta. "Pertumbuhan ekonomi 2017 seperti yang kami sampaikan di antara 5-5,4 persen."
BISNIS