TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Korea Selatan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun depan menjadi 2,6 persen dari 3 persen, yang mencerminkan turunnya konsumsi domestik dan ekspor yang lemah. Kementerian Strategi dan Keuangan Korea Selatan menyatakan pemerintah akan mempertahankan kebijakan fiskal longgar dan menekan badan usaha milik negara untuk meningkatkan belanja perusahaan dalam upaya untuk menopang pelemahan sentimen konsumen dan bisnis.
Korea Selatan juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 2,6 persen dari 2,8 persen. Negara ini telah berjuang dengan pengangguran muda yang mencapai rekor tertinggi, utang rumah tangga, dan restrukturisasi perusahaan.
Di lain pihak, pelaku bisnis cenderung menahan diri untuk investasi menjelang kemungkinan adanya pemilihan umum tahun depan. Frustrasi atas perekonomian mendorong serangkaian aksi protes anti-pemerintah besar-besaran selama dua bulan terakhir dan memaksa pengganti presiden yang dimakzulkan Park Geun-hye untuk mencari solusi atas masalah seperti kenaikan ketimpangan dan pasar tenaga kerja.
Jika Mahkamah Konstitusi Korea Selatan menetapkan impeachment atas Park, Korea Selatan akan melakukan pemungutan suara untuk memilih presiden baru pada pertengahan 2017.
Proyeksi pertumbuhan resmi baru ini sejalan dengan perkiraan lainnya. Korea Development Institute milik pemerintah memangkas proyeksi untuk 2017 menjadi 2,4 persen dari 2,7 persen pada awal bulan ini. Sedangkan LG Ekonomi Research Institute mematok pertumbuhan sebesar 2,2 persen pekan lalu.