TEMPO.CO, Jakarta - PT Freeport Indonesia didemo para pegawainya dan mengakibatkan terganggunya sejumlah kegiatan produksi. “Kegiatan penambangan terbuka telah berhenti dan ada penurunan kegiatan proses bijih,” kata juru bicara PT Freeport Indonesia Riza Pratama seperti yang dikutip dari New York Times, Jakarta, Senin, 3 Oktober 2016.
Namun, Riza meyakinkan bahwa aksi ini tidak mengganggu proses penambangan bawah tanah. Hal ini lantaran protes terjadi akibat pemberian bonus yang tidak berimbang.
Saat ini Riza menyebutkan proses negosiasi tengah diupayakan pihaknya dan asosiasi pekerja. “Perusahaan kini tengah bekerja untuk menyelesaikan isu ini dan mengembalikan kegiatan penambangan secepat mungkin,” ujarnya.
Menurut Asosiasi Pegawai, Frans Okoseray, demo ini dikarenakan permintaan kenaikan bonus. Demonstrasi yang dimulai sejak 29 September lalu ini juga melibatkan sekitar 1.200 pekerja.
Demo tersebut dilakukan di Grasberg, Papua, yang merupakan lokasi penambangan tembaga (cooper) yang paling besar di dunia. Protes para pekerja ini bukanlah kali pertama terjadi. Tak hanya pekerja, pertambangan ini juga sebelumnya menuai protes aktivis akibat kerusakan yang ditimbulkannya.
Baca Juga:
Lebih jauh, Okoseray mengungkapkan operator alat berat dan sopir truk meminta kenaikan bonus. Mereka menuntut agar bonus yang diberikan kepada mereka sebanding dengan bonus yang diberikan kepada pekerja tambang bawah tanah. Saat ini pekerja tambang bawah tanah meraih bonus 50 persen setiap bulannya.
NEW YORK TIMES | REUTERS | MAWARDAH NUR HANIFIYANI