TEMPO.CO, Jakarta - Analis First Asia Capital David Sutyanto memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini akan rawan koreksi. Hal tersebut menyusul kecenderungan pemodal untuk mengamankan keuntungannya di tengah harga saham sektoral yang relatif sudah tinggi saat ini.
"IHSG pada perdagangan hari ini diperkirakan bergerak dengan support di 5.300 dan resisten di 5.400 rawan koreksi," kata David dalam pesan tertulisnya, Rabu, 3 Agustus 2016. Meningkatnya risiko pergerakan indeks hari ini di antaranya terimbas kondisi pasar saham global tadi malam.
Penguatan IHSG pada perdagangan kemarin mulai terbatas. Pada penutupan sesi pertama, IHSG sempat menguat 18 poin. Namun, di akhir sesi dua, IHSG akhirnya tutup hanya menguat 11,747 poin (0,22 persen) di 5.373,323.
Pemodal, kata David, memanfaatkan sentimen negatif eksternal untuk aksi ambil untung di sejumlah saham unggulan, terutama yang bergerak di sektor infrastruktur dan pendukungnya. Sedangkan aksi beli selektif mendominasi saham pertambangan batu bara menyusul respons positif atas rencana pemerintah menerapkan moratorium izin tambang batu bara.
Nilai transaksi di pasar reguler mencapai Rp 7,1 triliun dan pemodal asing mencatatkan pembelian bersih Rp 2,9 triliun. "Derasnya arus dana asing yang masuk ke pasar saham mencerminkan ekspektasi positif atas pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan," ujar David.
Sementara itu, tadi malam pasar saham global bergerak di teritori negatif. Indeks saham di Uni Eropa, seperti Indeks Eurostoxx, anjlok 2 persen di 2.906,98, terutama dimotori saham perbankan setelah pasar pesimistis atas hasil stress test perbankan di kawasan tersebut.
Di Wall Street, indeks saham utama DJIA dan S&P masing-masing koreksi 0,4 persen dan 0,6 persen di 18313,77 dan 2157,03. Posisi penutupan indeks DJIA menjadi yang terendah sejak perdagangan 12 Juli lalu.
Risiko pasar mulai meningkat menyusul tren menurunnya harga minyak mentah dunia yang kembali mencuatkan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global. Harga minyak mentah tadi malam di Amerika Serikat kembali melemah 1,4 persen di US$ 39,51 per barel. Sedangkan harga emas yang menanjak dan mata uang yen Jepang yang menguat mengindikasikan pemodal kembali masuk ke aset aman (save havens).
DESTRIANITA