TEMPO.CO, Bandung - Direktur Keuangan PT Citilink Indoensia Mega Satria mengatakan, maskapainya berniat menjadikan bandara Kertajati di Majalengka menjadi salah satu base operation layanan penerbangannya. “Saat bandara udara beroperasi di akhri 2017, Citilink ingin menjadi maskapai pertama yang terbang landas dari airport Kertajati,” kata dia di sela penandatanganan kerjasama maskapai itu dengan PT Bandara Internasional Jawa Barat di Bandung, Kamis, 2 Juni 2016.
Mega mengatakan, keberadaan infrastruktur bandara baru membuka peluang pengembangan pasar baru. “Kita juga melakukan analisa bagaimana Kertajati ini memainkan peran penting, karena ini merupakan catchmen area bukan hanya Bandung tapi daerah-daerah lainnya, begitu juga Jabodetabek sendiri, bukan hanya penumpang, tapi kargo dari perbatasan Jawa Barat bisa ditarik ke Kertajati,” kata dia.
Menurut Mega, Citilink serius menggarap peluang pengembangan potensi pasar yang terbuka dengan keberadaan bandara Kertajati. “Kita sudah melakukan analisa internasl bahwa Kertajati sangat layak untuk dikembangkan lebih lanjut,” kata dia. Saat ini sudah 7 rute penerbangan yang dioperasikan maskapai itu dari Bandara Husein Sastranegara menuju Batam, Denpasar, Kualanamu Medan, Lombok, Pekanbaru, Palembang, serta Surabaya.
Direktur Komersial PT Citilink Indonesia Hans Nugroho mengatakan, terbatasnya jumlah infrastruktur bandara yang menyulitkan maskapai penerbangan melayani penerbangan tepat waktu. “Kita kekurangan bandara, ini terobosan, apalagi akan beroperasi tahun depan. Ini akan menolong banyak, sesuatu yang sangat penting bagi kita yaitu on time performance,” kata dia di Bandung, Kamis, 2 Juni 2016.
Hans mengatakan, penambahan bandara baru akan memuluskan rencana Citilink untuk menambah produksi. Dia mengklaim, hingga 2020 ada rencana penambahan pesawat untuk memperbanyak frekuensi layanan penerbangan maskapainya. “Penambahan pesawat, penambahan produksi, penambahan infrastruktur, maka efisiensi dari perusahaan penerbangan khususnya untuk Citilink bisa lebih baik lagi, kita bisa memberikan pelayanan lebih baik. Kalau terus perang harga sudah tdiak ada gunanya,” kata dia.
Soal rencaan menjadikan Kertajati sebagai home base maskapainya, Hans mengaku, masih menunggu rencana penerbangan dan rute yang dipilih untuk dilayani dari maskapai itu. “Tergantung flight plan, dan rute yang kita pilih di situ, baru kita tahu persis berapa besarnya. Belum tentu menjadi home base tapi bisa juga sebagai konektivitas,” kata dia.
Hans mengatakan, saat ini Citilink mengoperasikan 5 homebase layanannya di seluruh Indonesia. Yakni di Jakarta, Makasar, Batam, Denpasar, dan Surbaya. “Kita harapkan ini bisa menjadi hub di sini, tinggal kita lihat volumenya. Biasanya ditentukan dari volume karena kita budget airlines, harus se efisien mungkin,” kata dia.
Direktur Utama PT BIJB Virda Dimas Ekaputra mengatakan, korporasinya yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah yang saham mayoritasnya milik pemerintah Jawa Barat, sengaja meneruskan langkah menjajaki kerjasama dengan sejumlah maskapai untuk beroperasi di bandara itu, kendati proses pembangunan bandara Kertajati saat ini akan diambil alih pemerintah pusat.
Virda mengatakan, dalam proses pengambilalihan itu, PT BIJB menjalani audit BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan Pemerintah) yang salah satu rekomendasinya meminta meneruskan semua rencana yang sudah disiapkan korporasi. PT BIJB misalnya mendapat penugasan pemegang saham dalam Peraturan Daerah pembentukannya untuk mengoperasikan bandara itu. “Kenapa kami berani hari ini, ada point yang disampaikan BPKP yang meminta kami meneruskan sambil menunggu proses itu (pengambilalihan),” kata dia di Bandung, Kamis, 2 Juni 2016.
Virda mengatakan, dalam proses pengambilalihan nanti, semua hasil yang sudah dikerjakan oleh PT BIJB akan diteruskan pemerintah pusat. Pembicaraan pengalihan bandara Kertajati misalnya sudah berlangsung 4 bulan dan belum juga final. “Point rekomendasi BPKP itu jangan sampai mengalami lag keterlambatan, kami semua pusat dan daerah sepakat 2017 selesai bandara, harus bisa beroperasi. Sekarang dalam proses ke sana,” kata dia.
Menurut Virda, saat ini penjajakan serupa juga tengah dilakukan dengan maskapai lainnya. “Sudah ada penjajakan dengan Air Asia Indonesia belum final, Sriwijaya belum final. Yang sudah final duluan Citilink,” kata dia.
Pembangunan konstruksi sisi darat bandara sendiri masih terus dikerjakan. Virda mengklaim, perkembangannya masih tepat waktu dan dijadwalkan beres akhir 2017 nanti. Pengerjaan aksesilitas bandara sudah 21 persen, bangunan terminal utama tiga lantai 5,7 persen, serta bangunan pendukung bandara 2 persen terhitung 23 Mei 2016 lalu.
AHMAD FIKRI