TEMPO.CO, Surabaya – Sekar Group memasuki usia ke-50 tahun pada 2016 ini. Perusahaan yang kini menggurita berkat ekspor produk hasil laut seperti udang dan ikan itu berdiri sejak 1966.
“Saya bersyukur, Sekar Group mampu melalui begitu banyak gelombang dan topan bisnis,” kata pendiri Sekar Group, Harry Susilo di Kantor Pusat Kerupuk Udang Finna Surabaya, Rabu, 25 Mei 2016.
Bisnis yang dirintisnya bermula dari usaha rumahan kerupuk udang di kampung halaman di Sidoarjo milik ayahnya, Wiyoto. Seiring waktu, perusahaan itu merambah lini usaha lain seperti produksi makanan kering dan olahan beku, agrobisnis seperti perkebunan mete dan budidaya hasil laut, produksi pakan udang dan ikan, logistik dan distribusi, properti dan resor, serta pertambangan. Merek kerupuk udang Finna yang tersohor, yang menjadi merek payung berbagai bisnis tersebut.
Kini Sekar Group memiliki kurang lebih 30 anak perusahaan dengan total 10 ribu karyawan dan lebih dari 1.000 varian produk. Dua lini bisnis utamanya, PT Sekar Bumi (Tbk) terus mengekspansi produk ke Amerika Serikat dan Jepang. Sedangkan PT Sekar Laut (Tbk) berfokus menggarap pasar Eropa, Afrika, dan Timur Tengah. “Total produk kami sudah berada di 36 negara di dunia dan seluruh Eropa,” ujar dia.
Tak hanya berorientasi ekspor, pasar lokal menjadi kekuatan utama bisnis Sekar Group dengan kontribusi 50 persen dari keseluruhan produksi. Harry mensyukuri tradisi masyarakat Indonesia yang tak lepas dari kerupuk. Sebanyak 87 persen keluarga Indonesia, kata dia, pasti menghidangkan kerupuk sebagai konsumsi sehari-hari.
Mendatang Harry berharap, Sekar Group semakin bertumbuh. Ia menargetkan minimal kenaikan pendapatan maupun produksi sebesar 10 persen tiap tahun. “Meskipun selama 5 tahun terakhir, sudah melonjak sampai 30 persen,” tuturnya.
Merek Finna, kata dia, mampu memproduksi sekitar 12 ribu ton kerupuk per tahun dari pabrik Sidoarjo saja. “Kuncinya, hubungan dengan petani dan nelayan harus diperhatikan,” ujar dia.
ARTIKA RACHMI FARMITA