TEMPO.CO, Jakarta - Bank Dunia melansir kabar kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini belum bisa bergerak terlalu jauh. Pada triwulan kedua 2015 ini angka pertumbuhan ekonomi masih berada di level 4,7 persen.
Angka pertumbuhan itu, menurut Bank Dunia, akan bertahan hingga akhir tahun ini. Faktor eksternal masih menjadi penyebabnya, yaitu melemahnya harga komoditas dan pelemahan perdagangan global.
Sedangkan di internal, konsumsi domestik yang belum optimal dan lambatnya pertumbuhan investasi jadi penyebabnya. Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves menyatakan Indonesia tidak sendiri menghadapi situasi itu. Hal serupa juga dialami oleh negara tetangga. "Cina sedang rebalancing dan Amerika menormalisasikan kebijakan moneternya," kata Chaves di Jakarta, Kamis, 22 Oktober 2015.
Situasi Indonesia terbilang lebih baik dalam menghadapi pelemahan ini. Menurut Chaves, pemerintah pro-aktif dengan mengeluarkan sejumlah kebijakan. Langkah ini dapat memperkuat kepercayaan investor. "Upaya membantu dunia usaha serta reformasi regulasi akan membantu."
Pemerintah mesti mewaspadai dampak El Nino yang berpotensi mengganggu harga beras. Tidak menutup kemungkinan harga beras bisa melonjak lima persen dan indeks harga konsumen bisa berada di level 0,3 hingga 0,6 persen.
Sektor yang akan merasakan langsung dari perubahan harga ini ialah rumah tangga miskin. Sebab sebagian besar pendapatan mereka dihabiskan untuk konsumsi makanan.
Sedangkan untuk 2016, Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih baik. Mereka mematok pertumbuhan ekonomi di angka 5,3 persen. Meski demikian, pertumbuhan itu masih dihantui oleh faktor eksternal, seperti kemungkinan kenaikan suku bunga Amerika, perlambatan yang terjadi di Cina dan depresiasi nilai tukar.
Ekonom Bank Dunia Ndiame Diop menilai pemerintah mesti mendorong lagi sektor manufaktur. Selain itu, pariwisata bisa membantu meningkatkan pendapatan dan mencegah defisit transaksi berjalan di saat pertumbuhan kembali menguat. "Upaya reformasi regulasi akan memperkuat iklim investasi," kata Diop.
ADITYA BUDIMAN