TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia Hasan Johnny Widjaja menuntut pemerintah memperbaiki tata produksi serta distribusi buah dan sayur. Misalnya, dengan membuat kawasan khusus buah dan sayuran untuk memudahkan pengusaha mendapat pasokan ekspor. Masalah ekspor hortikultura lainnya yang perlu diatasi, menurut dia, adalah kualitas buah dan sayur lokal yang kebanyakan belum memenuhi standar ekspor sehingga sulit menembus pasar dunia.
"Kita bisa mencontoh Thailand yang sudah bagus penataannya. Pemerintah Thailand sangat mendukung pertanian. Di tempat-tempat umum mereka sering menyajikan buah lokal sendiri," katanya.
Indonesia, kata Hasan, bisa lebih unggul dari Thailand apabila dapat mencontoh penataan kawasan khusus buah dan sayur tadi. Terlebih, Indonesia memiliki lahan pertanian dua kali lebih luas dibandingkan Thailand.
Menteri Pertanian Suswono mengatakan ekspor hortikultura Indonesia memang tergolong rendah. Tahun lalu nilainya hanya US$ 368 juta, sedangkan impornya mencapai US$ 1,52 miliar. "Tapi potensi produksi hortikultura baik untuk pasar dalam negeri dan ekspor, sangat terbuka antara lain untuk komoditas manggis, salak, mangga, bawang merah, dan anggrek," ujarnya.
Tahun ini produksi buah-buahan ditargetkan mencapai 12,33 juta ton meningkat dibanding realisasi tahun lalu sebesar 10,86 juta ton. Produksi buah yang diunggulkan adalah jeruk, mangga, manggis, durian, dan pisang. Sedangkan produksi sayuran tahun ini ditargetkan 3,80 juta ton, naik 3,55 juta ton dibanding tahun lalu. Sayuran yang diunggulkan adalah cabai, bawang merah, dan kentang.
Suswono menjelaskan, ada beberapa kendala yang harus diatasi untuk mengembangkan mutu dan daya saing produk hortikultura seperti buah dan sayuran. Di antaranya pengembangan kawasan berskala ekonomi, ketersediaan mutu benih, penanganan susut hasil, perubahan iklim, dan pemasaran.
ROSALINA