Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perekonomian di Era Jokowi Dinilai Stagnan Selama Tiga Tahun

image-gnews
Presiden Jokowi (kedua kiri) berbincang dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla (kedua kanan), Menko Perekonomian Darmin Nasution (kiri), dan Menkeu Sri Mulyani di sela-sela rapat terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, 18 Juli 2017. Presiden memimpin dua rapat terbatas hari ini. ANTARA/Rosa Panggabean
Presiden Jokowi (kedua kiri) berbincang dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla (kedua kanan), Menko Perekonomian Darmin Nasution (kiri), dan Menkeu Sri Mulyani di sela-sela rapat terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, 18 Juli 2017. Presiden memimpin dua rapat terbatas hari ini. ANTARA/Rosa Panggabean
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Ekonom senior di Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Didik J. Rachbini, mengatakan perekonomian di bawah pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla tidak banyak mengalami pergerakan seperti harapan banyak pihak. Selama tiga tahun, perekonomian berjalan datar tanpa perubahan berarti.

Pergerakan ekonomi yang datar, bahkan cenderung menurun, tecermin dari kinerja ekspor Indonesia. “Empat tahun lalu berhasil mencapai US$ 200 miliar, sekarang hampir US$ 117 miliar, separuh tergerus. Ini gawat," kata Didik Rachbini, kutip Koran Tempo edisi Kamis 20 Juli 2017.

Simak: Penjelasan Sri Mulyani Soal Menurunnya Daya Beli Masyarakat

Padahal, Didik melanjutkan, nilai ekspor merupakan tanda pemerintahan yang hidup. Saat ini terjadi dekonsumsi dan deekspansi yang dilakukan pemerintah. "Itu menunjukkan pemerintah tidak mengerjakan pekerjaannya untuk bersaing di tingkat internasional."

Penurunan kinerja ekspor ini berdampak pada penerimaan pajak dan akan berimbas pada penerimaan APBN. "Makanya pertumbuhan sekarang stagnan di bawah 5 persen. Janji kampanye 7 persen,” kata Didik.

Didik juga menyoroti penurunan konsumsi dan daya beli masyarakat. Kondisi ini bisa dilihat dari sejumlah peretail banyak melakukan pemutusan hubungan kerja. "Seluruh supermarket konsumsi yang dulu diandalkan sekarang anjlok semua. Hypermart lay-off karyawan,” ujarnya. “Tandanya daya beli melemah.”

Adapun tingkat kesenjangan di Tanah Air, kata dia, masih tinggi. ‎Hal itu tecermin dari tingkat ketimpangan dan kesenjangan Indonesia yang masuk tiga besar. "Indeks gini rasio, walaupun ini pengeluaran dan tidak mencerminkan aset itu tetap naik.”

Menurut Didik, Indonesia termasuk tiga negara besar paling senjang di dunia. Satu persen pemilik akun di bank menguasai 80 persen dari total utang. “Itu kesenjangan yang luar biasa.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Trikasih Lembong mengatakan pertumbuhan investasi dan wisatawan asal Cina akan mampu menyeimbangkan defisit perdagangan Indonesia dengan negara tersebut. Dampak laju investasi dan pariwisata dianggap lebih cepat dibanding ekspor-impor.

"Kalau uang yang mengalir dari Cina ke Indonesia kembali dari wisatawan atau dalam bentuk investasi, itu akan menyeimbangkan hubungan. Genjot mereka akan lebih cepat daripada lewat ekspor," ujarnya.

Neraca perdagangan Indonesia dengan Cina pada Juni 2017 mengalami defisit US$ 728,9 juta. Sedangkan defisit sepanjang Januari-Juni 2017 mencapai US$ 6,6 miliar lantaran impor yang jauh lebih tinggi daripada ekspor. Adapun komoditas ekspor terbesar ke Cina di antaranya bubur kertas atau pulp, minyak sawit, dan bahan logam, termasuk produksi smelter.

Sebelumnya Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengakui indeks rasio gini belum banyak mengalami perubahan. Rasio gini pada Maret lalu turun menjadi 0,393 dibanding September 2016 sebesar 0,394. “Tidak turun, tapi juga tidak naik. Memang yang namanya pemerataan itu indikator yang tidak mudah berubah," kata dia.

Namun Darmin bersyukur angka rasio gini tidak memburuk. Dia mengatakan tugas menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi sekaligus menekan angka penduduk miskin tak mudah. Realisasinya membutuhkan waktu dan berbagai kebijakan perekonomian pemerintah.

DIKO OKTORA | PUTRI ADITYOWATI | ALI NY

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

1 hari lalu

Ilustrasi belanja. shutterstock.com
Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

Pemerintah diminta untuk mengantisipasi potensi menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2024.


BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

2 hari lalu

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti saat konferensi pers mengenai Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Produk Domestik Bruto) triwulan I 2024, Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2024, dan Indeks Ketimpangan Gender 2023 di Jakarta, Senin, 6 Mei 2024. TEMPO/Aisha Shaidra
BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan


Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

13 hari lalu

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi di Widya Chandra IV Nomor 23, Jakarta, Sabtu (20/4/2024). Foto : Oji/Novel
Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.


Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

16 hari lalu

Konflik Iran dengan Israel berisiko mengancam ketahanan energi Tanah Air.
Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.


Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

17 hari lalu

Konflik Iran dengan Israel berisiko mengancam ketahanan energi Tanah Air.
Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.


Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

21 hari lalu

Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

Serangan balasan Iran terhadap Israel meningkatkan eskalasi konflik di Timur Tengah. Ketegangan ini menambah beban baru bagi ekonomi Indonesia.


Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

48 hari lalu

Didin S Damanhuri. dok.IPB
Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi


Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

48 hari lalu

Pembeli tengah memilih pakaian di pusat perbelanjaan Tanah Abang, Jakarta, Kamis 14 Maret 2024. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 7//2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).  TEMPO/Tony Hartawan
Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).


Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

49 hari lalu

Pembeli tengah memilih pakaian di pusat perbelanjaan Tanah Abang, Jakarta, Kamis 14 Maret 2024. Kenaikan PPN di awal 2025 dikhawatirkan akan mempengaruhi daya beli masyarakat. TEMPO/Tony Hartawan
Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.


Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

49 hari lalu

Pembeli tengah memilih pakaian di pusat perbelanjaan Tanah Abang, Jakarta, Kamis 14 Maret 2024. Pemerintah akan kembali menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 1 persen menjadi 12%, yang mulai berlaku pada tahun depan atau per 1 Januari 2025.  TEMPO/Tony Hartawan
Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.