TEMPO.CO, New York - Saham-saham di Wall Street berakhir lebih rendah pada Senin atau Selasa pagi waktu Indonesia barat, 29 November 2016, karena para investor melakukan aksi ambil untung setelah kenaikan kuat baru-baru ini.
Xinhua melaporkan, Indeks Dow Jones Industrial Average turun 54,24 poin atau 0,28 persen menjadi ditutup pada 19.097,90 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 11,63 poin atau 0,53 persen menjadi berakhir di 2.201,72 poin, dan indeks komposit Nasdaq turun 30,11 poin atau 0,56 persen menjadi 5.368,81 poin.
Dipicu oleh apa yang disebut "Trump Rally" setelah pemilihan Presiden Amerika Serikat, saham-saham AS telah naik selama tiga minggu berturut-turut sampai Jumat lalu, 25 November 2016.
Pada Jumat, 25 November 2016, semua tiga indeks utama ditutup di rekor tertinggi mereka, dengan kedua Dow dan Nasdaq memperpanjang rekor lari mereka ke sesi keempat berturut-turut.
Para pedagang juga terus mengawasi volatilitas harga minyak menjelang pertemuan penting Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pekan ini.
OPEC sepakat pada September lalu untuk memangkas produksi mereka di tengah banyaknya pasokan global, tapi meninggalkan rincian tentang berapa banyak pengurangan tersebut untuk pertemuan di Wina pada Rabu, 30 November 2016.
Harga minyak meningkat secara substansial pada Senin setelah jatuh sebanyak 2 persen, karena Irak dan Iran menyatakan kesediaan untuk memangkas produksi minyak mentah mereka.
Tidak ada data ekonomi utama yang dirilis pada Senin. Wall Street akan berfokus pada laporan penggajian (payroll) non-pertanian untuk November pada Jumat, 2 Desember 2016, guna mengindikasikan lebih lanjut waktu kenaikan suku bunga berikutnya.
Federal Reserve AS secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan Desember. Menurut alat FedWatch CME Group pada Senin, ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga pada Desember mencapai 95,9 persen.
ANTARA